Rabu, 28 Mei 2014

Wishful Wednesday [15] : Kedai Bianglala



Selamat hari Rabu rasa Sabtu…
Eh kok bisa? Ya bisa dong, secara gitu besok hari libur lagi. Huft banget memang minggu terakhir di bulan Mei ini. Pengen bolos ngantor aja rasanya :D

Kembali lagi di Wishful Wednesday minggu ke-15
Beberapa bulan yang lalu udah baca novel debutnya Anggun Prameswari yang berjudul “After Rain” dan suka sama buku itu. Kali ini lagi pengen aja baca kumpulan cerpen Anggun Prameswari yang baru saja terbit. Covernya menarik, semoga isinya juga menarik :)

Jumat, 23 Mei 2014

Dare to Say [3]



 Hai…
Siang-siang gini ngerjain meme nya mbak Zelie nggak ada yang ngelarang kan? Mumpung tepat waktu, pas tanggal 23 pula. Sambil minum es sirup, sambil kerja juga (eh bukan, jam istirahat kok :p)
Sementara mbak Zelie udah nyampai di Dare to Say! yang ke 7, aku baru ikutan ketiga kalinya. Gpp kan ya? :D

Akhir-akhir ini aku baru saja menyelesaikan novelnya Ilana Tan berjudul Summer in Seoul. Entah kenapa jadi penasaran aja sama yang judul “Spring in London”. Mau beli tapi kok sayang, mau pinjem tapi belum nemu di perpustakaan. Yaudah sabar dulu aja. Siapa tahu ada yang mau kasih gratisan *ditabok*
Ngomong-ngomong soal novelnya Ilana Tan, aku jadi ad aide buat Dare to Say ketiga ku kali ini. Silakan disimak…

Kamis, 22 Mei 2014

[Review] : "Sunset in Weh Island"



Memang terkadang cinta membuat seseorang berbeda dalam banyak hal, bahkan melakukan hal-hal yang gila sekalipun  – (halaman 166)

Axel, laki-laki Jerman yang mengambil cuti kerjanya sebagai Music Director untuk mengunjungi pamannya di Indonesia, tepatnya Banda Aceh. Kepergiannya bukan tanpa alasan. Masalah dengan sahabatnya, Marcel. Axel merasa dikhianati oleh sahabatnya sendiri.

Mala, mahasiswi fakultas ekonomi, hampir terlambat masuk ke kapal dari Banda Aceh menuju pelabuhan Balohan. Menabrak seorang laki-laki bule yang berlarian bersamanya, dan diketahui namanya Axel. Mereka berdua sama-sama menuju Ie Boih.

Rabu, 21 Mei 2014

Wishful Wednesday [14] : My Creepy Diary



Welcome to lazy day on Wednesday…

Bulan-bulan ini rasanya males banget mau nge-blog. Bukannya males sih, cuma lagi nggak pengen ngetik-ngetik aja. Hahaa *modus detected* *ditabok*
Tapi berhubung aku nggak pengen melewatkan Wishful Wednesday, jadinya tiap Rabu harus dan mau ngetik-ngetik (walaupun banyak kerjaan) :D

Kamis, 15 Mei 2014

[Review] : "Luntang Lantung"



“Karena secapek-capeknya orang sibuk, lebih capek orang nganggur yang nyari kerja.”

Sebuah novel komedi karya Roy Saputra yang menurutku nggak kocak-kocak banget, cuma dipaksakan aja buat lucu tapi cukup menghibur. Alasannya klise, novel ini yang nemennin aku waktu gundah, gelisah, nungguin weekend banking  yang bukanya 2 jam lagi. Jadi, kutemukan buku ini teronggok manis di sudut rak buku perpustakaan daerah, lalu kubaca-baca buat mengusir kejenuhan *loh kok malah curhat* Iya, aku tahu kok, itu cover diatas adalah cover lama sebelum revisi.

Rabu, 14 Mei 2014

Wishful Wednesday [13] : You are The Apple of My Eye



Hai selamat siang, hari yang menyengat. Apa kabar? Tentu baik bukan??
Wishful Wednesday hari ini sepertinya agak lain daripada sebelum-sebelumnya. Ya, memang aku suka dengan novel-novel romance Indonesia, sama seperti WW minggu-minggu lalu. Tapi, kali ini agak sedikit berbeda. Masih dalam genre romance sih, tapi ini novel terjemahan.

Rabu, 07 Mei 2014

Wishful Wednesday [12] : Swiss : Little Snow in Zürich



Selamat hari Rabu yang penuh perjuangan. Huft!

Panasnya hari ini emang nggak kira-kira. Bukan cuma hari ini, tapi sejak beberapa hari yang lalu juga rasanya gerah banget. AC kantor pun nggak kerasa dinginnya. Internet down pula. lengkap sudah penderitaan. Tapi Alhamdulillah, hari ini udah bisa aktivitas lagi setelah 2 hari harus mendekam di kamar gara-gara sakit.

Untuk mengurangi rasa panas yang menyengat, rasanya aku jadi berimajinasi tentang sebuah tempat yang dingin. Jadi, Wishful Wednesday minggu ini aku pilih seri STPC pertama berjudul…

Jumat, 02 Mei 2014

[Review] : "Roma : Con Amore"



“Bertemu, mengenal, membaca satu sama lain, hanyalah sebuah proses yang membawa keduanya pada sebuah hubungan kemudian.” – halaman 80

Leonardo Halim, pelukis muda berbakat dari Indonesia yang mengidolakan sang maestro Michelangelo. Baru saja salah satu mimpinya terwujud yaitu proyek seni rupa di kota Roma. Tak seperti di negara asalnya, Italia sepertinya menikmati aneka lukisan yang terpajang di dinding. Ia tak memikirkan soal bagaimana orang lain menilai karyanya. Saat mengetahui kalau lukisannya akan dibeli, Leo hanya berpikir soal satu di antara sejumlah lukisan yang begitu personal baginya. – Gereja Saint Agnes, perempuan di dalam lukisan itu, dan cerita kakek tentangnya.