Rabu, 11 September 2013

[Review] "Cerita Cinta Kota"


Judul Buku           : Cerita Cinta Kota
Penulis                 : Dian Nafi, Dita Hersiyanti, Dwitasari, Fakhrisina Amalia Rovieq, Ismaya Novita Rusady, Mario Mps, Nita Aprilia, Noury, Rina Wijaya, Rizky Suryana Siregar, Winda Az Zahra
Penerbit               : PlotPoint Publishing
Cetakan               : Pertama, Februari 2013
Jumlah Halaman  : x + 216 halaman


Cerita Cinta Kota
Kota dan Hati Tumbuh dengan Cerita

Buku ini yang membuat saya pertama kali tertarik untuk membeli dan membacanya yaitu tentang tema dan isinya, dimana buku tersebut menggambarkan tentang sebuah kota di Indonesia dan cerita di dalamnya. Sisi menarik nan unik dari masing-masing kota yang menggambarkan tentang peristiwa dibalik beberapa tempat wisata maupun tujuan yang menjadi ciri khas daerah tersebut, dikemas rapi dalam satu buku. Terdapat 11 cerpen dari 11 penulis dengan masing-masing cerita di kotanya, termasuk Dwitasari (penulis novel Raksasa dari Jogja) dalam cerpen berjudul ‘sepatu’ yang berlatar di Depok.

Cerita Cinta Kota yang paling menarik bagi saya pribadi yaitu cerpen dengan judul “Memoar Senja”. Sebuah cerpen karya Fakhrisina Amalia Rovieq menggunakan setting di Palangkaraya. Dengan tagline “MUNGKIN bahagia itu seharusnya memang milik kita.” Dalam cerpen tersebut, penulis menyebutkan berbagai tempat indah di Palangkaraya, seperti Jembatan Kahayan, Danau Tahai, Bukit Tangkiling, Taman Wisata Kum-kum, dan Bundaran Besar. Akan tetapi, dalam alurnya penulis menceritakan dua orang sahabat bernama Reihan dan Elis yang selalu menghabiskan belasan tahun usianya di halte dekat Taman Pancasila menjelang senja tiba. Sosok Elis yang ternyata sedang dalam penantian sahabatnya, Reihan yang meninggal 5 tahun lalu. Terbayang-bayang oleh kata-kata Reihan yang mencintainya juga. Reihan meninggal dalam kecelakaan di Bundaran Besar, saat ia akan menemui Elis.
Cerpen yang alurnya sangat membuat kejutan di ending. Meskipun bukan happy ending, tapi penulis mampu membawa pembaca mengetahui sebagaimana kesedihan yang dialami oleh Elis.

Kelebihan dari buku berjudul Cerita Cinta Kota sudah jelas mengemukakan indahnya kota yang ditumbuhkan dengan berbagai peristiwa cinta dari sang penulis. Namun, dalam setiap kelebihan sudah pasti ada kekurangan. Sudut pandang pada ke-sebelas bab semuanya menggunakan sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama, mungkin lebih berwarna jika ada yang mengangkat cerita menggunakan sudut pandang yang berbeda.

Tetapi, keseluruhan dari isi buku cukup bagus. Sengaja mengajak pembaca untuk menghidupkan kota-kota di Indonesia. Kota yang memiliki beragam kekhasan dan beragam karakter. Jika kita mempunyai budaya yang kaya di negeri sendiri, lalu untuk apa menghabiskan berjuta-juta rupiah untuk berlibur di negeri orang? Bukankah cinta tanah air merupakan suatu sikap nasionalisme yang harus dijunjung tinggi oleh setiap warga negara?

Sekian dan terima kasih :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)