Sabtu, 22 November 2014

[Review] : "Unforgettable"


“Yang saya tahu, dalam hidup ini, ada beberapa orang yang meninggalkan kesan dalam hati. Beberapa dari mereka mungkin merupakan jodoh kita, mungkin juga tidak. semuanya tergantung pada pilihan kita – apakah kita cukup berani unutk mengambil resiko itu, atau tidak.” – (halaman 68)




Perempuan itu tidak suka berinteraksi. Dia lebih suka attic gelap di lantai atas untuk bekerja dengan tinta dan kertasnya. Tapi semakin lama tempat itu terasa amat sepi. Tepi jendela di sebuah wine house menjadi pilihannya untuk bergaul skala besar. Tempat itu bernama Muse. Sebuah kedai wine yang dikelola oleh Rangga – sang kakak – dan tunangannya. Masih tanpa percakapan.

Lelaki itu selalu memesan minuman yang sama. Cabernet Sauvignon, atau memesan Merlot karena rasanya serupa. Hanya satu gelas, itu saja. Muse, tempat tempat yang belakangan menjadi area melepas penat sebelum kesibukannya esok hari. Untuk menyendiri dan mencari sunyi karena belakangan ia terlalu sibuk dengan ramai dan rumit.

Dan, pandangan mereka bertemu.
Lelaki itu menghampiri perempuanyang menghadap laptopnya.

“Mungkin, lelaki itu hanya butuh seseorang untuk menghangatkan bayang kosong di sisinya. Mungkin, perempuan itu hanya ingin ditemani. Mungkin, mereka memang saling membutuhkan.” – (halaman 18)

Percakapan mereka lebih banyak mengenai masa lalu dan masa depan, mimpi-mimpi yang belum terealisasikan. Terkadang, keduanya tidak berbicara. Perempuan itu suka wine jenis Gewurztraminer. Seperti jatuh cinta terhadapnya.
Dan, lelaki itu lebih menyukai perjalanan. Dengan perempuan itu, lelaki itu dapat berbicara mengenai apa saja. Termasuk hal yang selama ini ia simpan sendiri, seseorang yang mampu melepaskan tameng yang ia tegakkan.

Mereka hanya dua orang yang bertemu setiap malam tanpa alasan tertentu. Mereka juga tidak ingat siapa yang memulai percakapan lebih dulu, juga siapa yang lebih dulu bertanya.

“Sedikit ironis, bukan, bagi dua orang yang tidak saling mengenal, tapi mengetahui lebih banyak mengenai satu sama lain dibanding orang lain.
Sementara dua orang yang sangat dekat dapat merasa seperti orang asing bagi satu sama lain.” – (halaman 119)

Dalam novel ini, jangan harap kamu mendapatkan tanda kutip pada sebuah dialog antar tokohnya, karena Winna menggantinya dengan huruf cetak miring. Jadi pembaca dituntut kejeliannya untuk membedakan apakah itu dialog atau bukan. Tapi, disini Winna menyusunnya secara rapi meskipun buatku sulit memahami setengah buku pertama.

Sejak awal, hubungan mereka bukan sesuatu yang dapat didefinisikan. Keduanya tidak pernah bertukar nama dan nomor telepon.
Sampai akhirnya lelaki itu berhenti datang. Entah sejak kapan perasaannya mulai berubah. Seperti sudah menemukan sesuatu, walau sedari awal tidak mencari. Rasa, adalah sesuatu yang rumit.

“Begitu kita kehilangan seseorang, ia akan pupus selamanya. Mungkin, akan ada orang yang mirip dengannya, mungkin ada orang yang menggantikan posisinya, tetapi selamanya bayang itu akan tetap menjadi bayang.” – (halaman 63)

“Bukankah melupakan adalah sesuatu yang terlalu ekstrem? Bagaimana dengan sesuatu yang lebih sederhana; merelakan, misalnya?” – (halaman 137)

Hingga suatu ketika…
Perempuan itu adalah orang yang bisa dikenang saat menyesap wine dan menatap hujan, oleh lelaki itu. wanita yang selalu duduk di balik jendela bening, yang mesti kamu tahu, tidak sedang menunggu apapun, tetapi akan tetap berada disana.

Dalam novel ini mengajarkan tentang pertemuan – kecocokan – rasa nyaman – perpisahan. Kehilangan yang tidak sempat memiliki. Bahwasanya, hidup adalah sebuah pilihan, prioritas, ada sesuatu yang lebih penting, lebih didahulukan. Penting untuk melakukan hal yang benar. Meskipun dengan cara melepaskan.
Sayangnya, kurasa terlalu monoton dan lambat.

“Dan mereka hanyalah dua orang asing yang tak saling mengenal. Kebetulan bertemu di suatu tempat, pada suatu titik waktu; masing-masing menggenggam ujung seutas benang merah.” – (halaman 171)


Keterangan buku:
Judul                     : Unforgettable
Penulis                   : Winna Efendi
Editor                    : Rayina
Proofreader            : Gita Romadhona
Penata letak            : Wahyu Suwarni
Desain sampul        : Dwi Anisa Anindhika
Penerbit                 : Gagasmedia
Cetakan                 : Kedua, 2012
Halaman                : viii + 176 hlm ; 13 x 19 cm
ISBN                      : 979-780-541-7

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)