“Yang saya tahu, dalam hidup
ini, ada beberapa orang yang meninggalkan kesan dalam hati. Beberapa dari
mereka mungkin merupakan jodoh kita, mungkin juga tidak. semuanya tergantung
pada pilihan kita – apakah kita cukup berani unutk mengambil resiko itu, atau
tidak.” – (halaman
68)
Perempuan itu tidak suka berinteraksi. Dia
lebih suka attic gelap di lantai atas untuk bekerja dengan tinta dan kertasnya.
Tapi semakin lama tempat itu terasa amat sepi. Tepi jendela di sebuah wine
house menjadi pilihannya untuk bergaul skala besar. Tempat itu bernama Muse. Sebuah
kedai wine yang dikelola oleh Rangga – sang kakak – dan tunangannya. Masih tanpa
percakapan.
Lelaki itu selalu memesan minuman yang
sama. Cabernet Sauvignon, atau memesan Merlot karena rasanya serupa. Hanya satu
gelas, itu saja. Muse, tempat tempat yang belakangan menjadi area melepas penat
sebelum kesibukannya esok hari. Untuk menyendiri dan mencari sunyi karena
belakangan ia terlalu sibuk dengan ramai dan rumit.
Dan, pandangan mereka bertemu.
Lelaki itu menghampiri perempuanyang
menghadap laptopnya.
“Mungkin, lelaki itu hanya butuh
seseorang untuk menghangatkan bayang kosong di sisinya. Mungkin, perempuan itu
hanya ingin ditemani. Mungkin, mereka memang saling membutuhkan.”
– (halaman 18)
Percakapan mereka lebih banyak mengenai
masa lalu dan masa depan, mimpi-mimpi yang belum terealisasikan. Terkadang,
keduanya tidak berbicara. Perempuan itu suka wine jenis Gewurztraminer. Seperti
jatuh cinta terhadapnya.
Dan, lelaki itu lebih menyukai
perjalanan. Dengan perempuan itu, lelaki itu dapat berbicara mengenai apa saja.
Termasuk hal yang selama ini ia simpan sendiri, seseorang yang mampu melepaskan
tameng yang ia tegakkan.
Mereka hanya dua orang yang bertemu
setiap malam tanpa alasan tertentu. Mereka juga tidak ingat siapa yang memulai
percakapan lebih dulu, juga siapa yang lebih dulu bertanya.
“Sedikit ironis, bukan, bagi dua orang
yang tidak saling mengenal, tapi mengetahui lebih banyak mengenai satu sama
lain dibanding orang lain.
Sementara dua orang yang sangat
dekat dapat merasa seperti orang asing bagi satu sama lain.” –
(halaman 119)
Dalam novel ini, jangan harap kamu mendapatkan tanda kutip pada sebuah dialog antar tokohnya, karena Winna menggantinya dengan huruf cetak miring. Jadi pembaca dituntut kejeliannya untuk membedakan apakah itu dialog atau bukan. Tapi, disini Winna menyusunnya secara rapi meskipun buatku sulit memahami setengah buku pertama.
Sejak awal, hubungan mereka bukan
sesuatu yang dapat didefinisikan. Keduanya tidak pernah bertukar nama dan nomor
telepon.
Sampai akhirnya lelaki itu berhenti
datang. Entah sejak kapan perasaannya mulai berubah. Seperti sudah menemukan
sesuatu, walau sedari awal tidak mencari. Rasa, adalah sesuatu yang rumit.
“Begitu kita kehilangan seseorang,
ia akan pupus selamanya. Mungkin, akan ada orang yang mirip dengannya, mungkin
ada orang yang menggantikan posisinya, tetapi selamanya bayang itu akan tetap
menjadi bayang.” – (halaman 63)
“Bukankah melupakan adalah sesuatu
yang terlalu ekstrem? Bagaimana dengan sesuatu yang lebih sederhana; merelakan,
misalnya?” – (halaman 137)
Hingga suatu ketika…
Perempuan itu adalah orang yang bisa
dikenang saat menyesap wine dan menatap hujan, oleh lelaki itu. wanita yang
selalu duduk di balik jendela bening, yang mesti kamu tahu, tidak sedang
menunggu apapun, tetapi akan tetap berada disana.
Dalam novel ini mengajarkan tentang pertemuan – kecocokan – rasa nyaman – perpisahan. Kehilangan yang tidak sempat memiliki. Bahwasanya, hidup adalah sebuah pilihan, prioritas, ada sesuatu yang lebih penting, lebih didahulukan. Penting untuk melakukan hal yang benar. Meskipun dengan cara melepaskan.
Sayangnya, kurasa terlalu monoton dan lambat.
“Dan mereka hanyalah dua orang
asing yang tak saling mengenal. Kebetulan bertemu di suatu tempat, pada suatu
titik waktu; masing-masing menggenggam ujung seutas benang merah.”
– (halaman 171)
Keterangan buku:
Judul : Unforgettable
Penulis : Winna Efendi
Editor : Rayina
Proofreader : Gita Romadhona
Penata letak : Wahyu Suwarni
Desain sampul : Dwi Anisa Anindhika
Penerbit : Gagasmedia
Cetakan :
Kedua, 2012
Halaman :
viii + 176 hlm ; 13 x 19 cm
ISBN :
979-780-541-7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)