“Money can’t buy anything. Money
can’t buy the future, you know why? Because the future made by every single
tear and sweat. Future is what path you choose today! You should learn it! – (halaman 6)
Arjuna adalah anak kedua
keluarga Alamsjah. Mereka adalah orang kaya raya yang (mungkin saja) seluruh
Indonesia mengenalnya. Arjuna dewasa hidupnya sering berfoya-foya dan berpesta
dengan teman-temannya, hingga kelulusan sekolah menengah ia tidak memenuhi
nilai memuaskan. Dan masih saja pikirannya tidak berubah, ia merasa dengan uang
Papanya ia bisa mendapatkan apa saja yang ia mau. Ia salah. Bahkan Agni,
kakaknya, berniat mendaftarkan Arjuna di volunteer
trip di Dhaka. Where’s the place?
Perjanjian dengan Papa yang
membuatnya terbang hingga ke Dhaka, ibukota Bangladesh. Kota ini terletak di
pinggir sungai Buriganga. Arjuna hanya berbekal fasilitas sederhana dan dipaksa
untuk berhemat. Dalam perjanjian tersebut juga melarang menggunakan nama
keluarga Alamsjah untuk menghindari perlakuan istimewa.
“Mungkin buat kamu, uang bisa
menyelesaikan masalah. Tapi, di dunia nyata, uang tidak pernah bisa
menyelesaikan masalah.”
– (halaman 137)
Secara tidak sadar, ia mulai
tertarik dengan Kolkata. Yeah, pesawatnya mendarat di Kolkata, dan Arjuna
melanjutkan perjalanan menggunakan kereta yang menghubungkan 2 negara, Kolkata –
Dhaka.
Selama di Dhaka, Arjuna tinggal
di dormitory dan sekamar dengan Thomas. Kamar yang tidak seluas kamarnya di
Jakarta membuatnya sering mengeluh. Awalnya ia menyesal kenapa harus
menghabiskan liburan di tempat kumuh dan kotor seperti Dhaka. Belum lagi sering
adanya pemadaman listrik dan penghematan air. Ah ya, satu lagi lomba klakson
jika jalanan macet. Lebih dari itu, tempat-tempat di Dhaka menyenangkan.
“Setiap orang memiliki jalan
yang berbeda. Dan, kita tidak pernah tahu apa yang akan kita lakukan hingga
hidup menghadapkan kita pada masalah itu, menempatkan kita pada posisi itu. Peraturan
pertama dalam hidup, jangan pernah berandai-andai.” – (halaman 105)
Di Dhaka, Arjuna bertemu dengan
sahabat-sahabat yang tulus, bukan karena uang yang dimiliki Papanya, bukan. Mereka
tulus saling membantu jika ada yang membutuhkan. Mengajari Arjuna berbagai
macam hal dan mengubahnya menjadi lebih baik. Terlebih lagi Emma Forst,
advisornya yang berusia lebih muda. Pertama kali melihat Emma menjemputnya di
stasiun, Juna mengira Emma bagaikan peri. Kulit pucat dan rambut keperakan
miliknya diantara lalu-lalang orang-orang berkulit gelap. Semakin mengenal,
semakin Arjuna yakin kalau Emma seperti malaikat. Emma menyimpan begitu banyak
kekuatan dan kebaikan dalam tubih mungilnya.
Kedekatan Emma dan Arjuna
membuat sahabat-sahabat lainnya curiga mereka mempunyai hubungan lebih dari
sekedar teman dekat. Apakah benar?
Quotes
favorit:
·
Mimpi itu bukan masalah apakah bisa
terwujud atau tidak. Tapi, bagaimana kita berusaha untuk mewujudkannya. Kita harus
bisa berusaha, hasil akhir tetap Tuhan yang punya hak untuk menentukannya. –
halaman 178
·
Masa depan adalah akhir dari jalan yang
kita pilih sekarang, hari ini. Kadang kita nggak pernah tahu perjalanan itu
akan berakhir dimana dan kita menjadi apa. Tapi, selama kita menjalani
kehidupan dengan sebaik-baiknya dan terus berusaha untuk menemukan mimpi kita,
pada akhirnya kita akan menemukan jawabannya, menemukan akhir dari perjalanan
yang kita pilih hari ini. – halaman 195
·
Hidup itu bukan perlombaan. Bukan siapa
yang duluan sampai ke garis finis, tapi tentang bagaimana kita menjalani
kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Orang lain bukan pesaing kita. Pesaing kita
Cuma satu, diri kita sendiri. – halaman 195
·
Kita nggak pernah tahu kemana hidup
akan membawa kita. Yang bisa kita lakukan berjalan mengikuti jalan-jalan kecil
yang ditunjukkan oleh semesta dengan sekuat tenaga dan sebaik-baiknya. Biarlah akhir
perjalanan ini mengejutkanmu. Masa depanmu. – halaman 196
Keterangan buku:
Judul : Remember Dhaka
Penulis : Dy Lunaly
Penyunting : Ikhdah Henny
Perancang sampul : Reina S.
Ilustrasi sampul : Shutterstock
Pemeriksa aksara : Neneng & Veronika Neni
Penata aksara : Gabriel
Penerbit : Bentang Belia
Cetakan :
Pertama, Januari 2013
Halaman :
viii + 204 hlm ; 19 cm
ISBN :
978-602-9397-64-2
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)