Selasa, 02 Desember 2014

[Review] : "Remember Dhaka"



“Money can’t buy anything. Money can’t buy the future, you know why? Because the future made by every single tear and sweat. Future is what path you choose today! You should learn it! – (halaman 6)



Arjuna adalah anak kedua keluarga Alamsjah. Mereka adalah orang kaya raya yang (mungkin saja) seluruh Indonesia mengenalnya. Arjuna dewasa hidupnya sering berfoya-foya dan berpesta dengan teman-temannya, hingga kelulusan sekolah menengah ia tidak memenuhi nilai memuaskan. Dan masih saja pikirannya tidak berubah, ia merasa dengan uang Papanya ia bisa mendapatkan apa saja yang ia mau. Ia salah. Bahkan Agni, kakaknya, berniat mendaftarkan Arjuna di volunteer trip di Dhaka. Where’s the place?


Perjanjian dengan Papa yang membuatnya terbang hingga ke Dhaka, ibukota Bangladesh. Kota ini terletak di pinggir sungai Buriganga. Arjuna hanya berbekal fasilitas sederhana dan dipaksa untuk berhemat. Dalam perjanjian tersebut juga melarang menggunakan nama keluarga Alamsjah untuk menghindari perlakuan istimewa.

“Mungkin buat kamu, uang bisa menyelesaikan masalah. Tapi, di dunia nyata, uang tidak pernah bisa menyelesaikan masalah.” – (halaman 137)

Secara tidak sadar, ia mulai tertarik dengan Kolkata. Yeah, pesawatnya mendarat di Kolkata, dan Arjuna melanjutkan perjalanan menggunakan kereta yang menghubungkan 2 negara, Kolkata – Dhaka.

Selama di Dhaka, Arjuna tinggal di dormitory dan sekamar dengan Thomas. Kamar yang tidak seluas kamarnya di Jakarta membuatnya sering mengeluh. Awalnya ia menyesal kenapa harus menghabiskan liburan di tempat kumuh dan kotor seperti Dhaka. Belum lagi sering adanya pemadaman listrik dan penghematan air. Ah ya, satu lagi lomba klakson jika jalanan macet. Lebih dari itu, tempat-tempat di Dhaka menyenangkan.

“Setiap orang memiliki jalan yang berbeda. Dan, kita tidak pernah tahu apa yang akan kita lakukan hingga hidup menghadapkan kita pada masalah itu, menempatkan kita pada posisi itu. Peraturan pertama dalam hidup, jangan pernah berandai-andai.” – (halaman 105)

Di Dhaka, Arjuna bertemu dengan sahabat-sahabat yang tulus, bukan karena uang yang dimiliki Papanya, bukan. Mereka tulus saling membantu jika ada yang membutuhkan. Mengajari Arjuna berbagai macam hal dan mengubahnya menjadi lebih baik. Terlebih lagi Emma Forst, advisornya yang berusia lebih muda. Pertama kali melihat Emma menjemputnya di stasiun, Juna mengira Emma bagaikan peri. Kulit pucat dan rambut keperakan miliknya diantara lalu-lalang orang-orang berkulit gelap. Semakin mengenal, semakin Arjuna yakin kalau Emma seperti malaikat. Emma menyimpan begitu banyak kekuatan dan kebaikan dalam tubih mungilnya.

Kedekatan Emma dan Arjuna membuat sahabat-sahabat lainnya curiga mereka mempunyai hubungan lebih dari sekedar teman dekat. Apakah benar?



Quotes favorit:
·         Mimpi itu bukan masalah apakah bisa terwujud atau tidak. Tapi, bagaimana kita berusaha untuk mewujudkannya. Kita harus bisa berusaha, hasil akhir tetap Tuhan yang punya hak untuk menentukannya. – halaman 178

·         Masa depan adalah akhir dari jalan yang kita pilih sekarang, hari ini. Kadang kita nggak pernah tahu perjalanan itu akan berakhir dimana dan kita menjadi apa. Tapi, selama kita menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya dan terus berusaha untuk menemukan mimpi kita, pada akhirnya kita akan menemukan jawabannya, menemukan akhir dari perjalanan yang kita pilih hari ini. – halaman 195

·         Hidup itu bukan perlombaan. Bukan siapa yang duluan sampai ke garis finis, tapi tentang bagaimana kita menjalani kehidupan ini dengan sebaik-baiknya. Orang lain bukan pesaing kita. Pesaing kita Cuma satu, diri kita sendiri. – halaman 195

·         Kita nggak pernah tahu kemana hidup akan membawa kita. Yang bisa kita lakukan berjalan mengikuti jalan-jalan kecil yang ditunjukkan oleh semesta dengan sekuat tenaga dan sebaik-baiknya. Biarlah akhir perjalanan ini mengejutkanmu. Masa depanmu. – halaman 196


Keterangan buku:
Judul                     : Remember Dhaka
Penulis                   : Dy Lunaly
Penyunting             : Ikhdah Henny
Perancang sampul   : Reina S.
Ilustrasi sampul       : Shutterstock
Pemeriksa aksara     : Neneng & Veronika Neni
Penata aksara          : Gabriel
Penerbit                 : Bentang Belia
Cetakan                 : Pertama, Januari 2013
Halaman                : viii + 204 hlm ; 19 cm
ISBN                      : 978-602-9397-64-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)