Selasa, 25 Februari 2014

[Review] "Cinta. (baca: cinta dengan titik)"


“Sebab dua terkadang kurang, dan tiga adalah bencana” (halaman 98)

Nessa Eswari Moe, cewek pengagum senja yang mempunyai masalah dengan cinta. Ia tidak percaya akan adanya cinta, oleh sebab itu, di usianya yang ke-23 Nessa belum terlihat mempunyai pacar. Ayahnya khawatir dengan Nessa hingga berniat menjodohkannya dengan Endru, anak dari sahabat ayah Nessa. Nessa sendiri bekerja sebagai freelancer copywriting yang entahlah pekerjaan apa itu, saya juga tidak tahu.

Pertemuannya dengan Ademas Kusuma Waluyo (atau sebut saja Demas) di pesawat yang menimbulkan obrolan kecil serta pertemuannya yang kebetulan di kedai donat membuat Nessa menimbang-nimbang tawaran untuk melamar menjadi editor di EPILOG, tetapi sayangnya gagal. Tetapi kemudian Demas menawarkan diri untuk mengajak Nessa bekerja sama dalam project website yang bernama Adventurer.

Nessa merencanakan tulisan pertamanya di Adventurer yaitu tentang sendratari yang akan dikunjunginya di kota Solo. Bersama Demas, ia pergi ke Solo menaiki kereta Prameks tetapi kemalaman sehingga gagal meliput acara. Awal dari kisah Cinta. ini bermula dari Solo. Sandaran bahu yang hangat, kecupan singkat, namun selalu terkenang.

**Saya merasa kalau disini percakapan antara Nessa dan Demas terasa sangat baku, bahkan setelah beberapa-beberapa pertemuan. Seharusnya sih bisa lebih akrab gitu. Kesannya kayak formal banget, padahal cuma beda beberapa tahun doang.

Atau Nessa dan Bian (sahabatnya) yang sangat-sangat berhubungan dekatpun masih saja percakapannya nggak terasa hangat. Ah, mungkin Bara sengaja membuat aturan seperti itu.

Sementara itu, Nessa dan Endru yang terpaksa kenal, dalam beberapa pertemuan saja sudah bisa mengakrabkan diri meskipun sebelum-sebelumnya terkesan dingin. Mungkin karena mereka memiliki faktor kesamaan, bahwa Nessa dan Endru memiliki masalah yang sama; keluarga yang tercerai-berai karena masalah “cinta”. Mungkin saja. Dan semakin lama, ayah Nessa semakin mendukung anaknya untuk menikah dengan Endru.

“Then leave him already. Forget him. Dia bukan milikmu, Nes. Dia milik orang lain.”

Ah ya, kembali lagi pada Demas yang ternyata juga mencintai Nessa padahal ia telah memiliki tunangan, Ivon namanya. Pertunangan Demas dan Ivon pun bukan tanpa halangan. Menjalani hubungan bersama seseorang yang sama-sama sibuk dan jarak jauh itu mungkin membuat Demas ingin mengakhiri hubungannya dengan Ivon. Tetapi tidak secepat itu, mengingat pertunangan adalah awal dari penyatuan kedua keluarga. Hingga Demas bertemu dengan Nessa yang seakan dia melihat cahaya dalam kegelapan.

“Jika ibarat naskah mentah di hatinya, dengan banyak sekali kesalahan disana sini, Nessa adalah bagian yang tidak ingin ia revisi”

Di sisi Nessa, ia juga mencintai Demas, tapi Nessa sendiri juga tidak ingin menjadi orang ketiga, karena ia benci orang ketiga yang telah merusak keharmonisan orang tuanya. Nessa pun bimbang dan menangis serta mencurahkan isi hatinya pada Endru.

**Kupikir Endru sebelumnya adalah sosok sempurna, ternyata punya lubang kelemahan juga ya? Hahaa *ga jadi tertarik :D

Setelah 200 halaman dari tiga ratus sekian, saya baru tahu kalau ketiganya sama-sama mempunyai masalah soal percintaan. Kirain cuma tokoh utamanya aja.

Minjem dari blognya Bang Bara :D

Seperti yang telah dituliskan pada halaman 190,
“Orang yang tepat selalu datang pada waktu yang tidak tepat”
Nessa dan Demas memutuskan untuk pacaran sembunyi-sembunyi, tanpa sepengetahuan Ivon. Tanpa Nessa sadar, kalau makin lama ia ingin Demas menjadi miliknya utuh, selamanya, tanpa hatinya terbagi untuk perempuan lain. Dan sejak saat itu pula, ia kehilangan Bian, sahabatnya.

“How I want to own you, Demas. But you’re not mine. You’re not mine.”

Sebenarnya untuk apa Nessa mempertahankan hubungan gelapnya bersama Demas, sementara Demas belum bisa mengakhiri hubungannya dengan Ivon? Untuk apa? Untuk mencari kebahagiaannya sendiri tanpa memikirkan perasaan 2 perempuan yang sedang berhubungan dengannya? Ah, jahat.

Lalu Endru, yang setiap waktu ada bersama Nessa saat sedih, menghiburnya, emmberikan perhatian lebih, bahkan tak digubrisnya.
Bagaimanakah selanjutnya Nessa akan menjalani kehidupannya? Bersama Demas yang dicintainya atau malah menerima perjodohannya dengan Endru?

**Mungkin, berada di posisi Nessa itu nggak enak banget. Sebagai orang ketiga diantara 2 manusia yang katanya sudah saling menyayangi. Menjalin hubungan gelap, itu menyakitkan. Seperti memiliki, tapi hanya sebagai persinggahan sementara. Nilai yang harus diambil, sebaiknya jika terjebak pada posisi sebagai Nessa, sebaiknya memikirkan matang-matang apa yang akan terjadi di masa depan, bukan mementingkan ego sesaat.

**Aku suka novel ini yang penuh dengan kondisi Jogjakarta. Covernya terlihat menarik, dengan ilustrasi yang diselipkan pada cerita. Bara emang pandai menulis kata-kata indah, puisi, haiku, tapi sayangnya dia belum cukup pintar untuk mengolah novel menjadi ‘berbeda’ karena kupikir konfliknya hampir sama dengan novel Kata Hati. Hanya saja pada Cinta. ini mengambil sudut pandang dari seorang perempuan. Oh ya satu lagi, demi apa Bara nulis segambrengan lirik lagu? Merusak suasana  

minjem dari sini :)

Semoga sukses di novel selanjutnya ya Bernard Batubara. I’m waiting 


Keterangan buku:


Judul                      : Cinta. (baca: cinta dengan titik)
Penulis                    : Bernard Batubara
Editor                    : Widyawati Oktavia
Proofreader            : Elly Afriani
Penata letak            : Wahyu Suwarni & Irene Yunita
Ilustrator isi            : Lia Natalia
Desainer Sampul     : Gita Mariana
Penerbit                 : Bukune
Cetakan                 : Pertama, September 2013
ISBN                      : 9786022201090

Aku punya dua :D












Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)