Senin, 24 Maret 2014

[Review] : "Winter in Tokyo"


Kenapa harus takut gelap kalau ada banyak hal indah yang hanya bisa dilihat sewaktu gelap? – (halaman 68)

Kembalinya Nishimura Kazuto ke Tokyo, awalnya hanya ingin mencari suasana yang berbeda saja dari tempat tinggal sebelumnya di New York. Terlebih lagi, untuk menghindari Yuri (seseorang yang dicintainya) yang ternyata memilih Jason (sahabat Kazuto) dan akan segera melaksanakan pernikahan. Di Tokyo, Kazuto tinggal di sebuah apartemen 2 lantai dan menempati kamar nomor 201. Sementara kamar sebelahnya dihuni oleh Ishida Keiko, seorang perempuan yang bekerja sehari-hari di sebuah perpustakaan.

Kedekatan Kazuto dan Keiko semakin erat ketika mereka berdua merayakan malam Natal dengan menonton pertunjukan balet Swan Lake. Tetapi, di sisi lain Keiko telah menemukan seseorang yang menjadi cinta pertamanya sewaktu SD yang bernama Kitano Akira. Kazuto merasa dirinya harus segera mengungkapkan perasaannya kepada Keiko sebelum ia harus melihat Akira lebih dekat lagi dengan Keiko.

Tetapi yang terjadi bukan seperti yang diinginkan. Di tengah perjalanan setelah mengantarkan Keiko ke stasiun, Kazuto dicegat orang jahat dan dihajar habis-habisan hingga ia harus mendapatkan pertolongan medis. Poor him, ternyata Kazuto menderita amnesia parsial, ia tidak ingat kejadian selama 1 bulan yang telah berlalu. Ia tidak mengingat apapun yang telah dilakukannya di Tokyo.

Sementara Ishida Keiko khawatir tentang Kazuto yang tiba-tiba menghilang begitu saja tanpa memberitahunya. Hingga akhirnya bertemulah mereka di acara reuni SMP saat Keiko diajak oleh Akira. Tentu saja, Kazuto masih hilang ingatan.

“Pasti akan terdengar aneh kalau seseorang yang tidak kau kenal berkata padamu bahwa kalian sudah berkencan dan kau pernah menyatakan perasaa suka pada orang itu. Kau pasti tidak akan percaya. Tidak ada orang yang akan percaya.” – (halaman 206)

**Ekspetasi saya mengenai buku ini, sangat jauh dari perkiraan. Kupikir Ilana Tan yang dibangga-banggakan sebagai penulis yang unik dan romantis, mampu membuat suasana Tokyo menjadi menyenangkan. Sayang sekali, ceritanya kurang menarik hati saya sama sekali. Konfliknya cukup mudah ditebak.

Hanya satu rangkaian kalimat yang menggelitik hati saya,
“Seharusnya ia tahu. Seharusnya ia sadar. Mimpi tidak akan bertahan lama. Ia boleh saja hidup dalam mimpi, tetapi cepat atau lambat kenyataan akan mendesak masuk. Dan ketika kenyataan mendesak masuk dan berhadapan denganmu, kau hanya bisa menerima.” – (halaman 256)


Keterangan buku:
Judul                     : Winter in Tokyo
Penulis                   : Ilana Tan
Penerbit                 : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan                 : Kelima, Maret 2009
Halaman                : 320 hlm ; 20 cm
ISBN                      : 979-22-3983-9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)