Kenapa harus takut gelap kalau ada
banyak hal indah yang hanya bisa dilihat sewaktu gelap?
– (halaman 68)
Kembalinya
Nishimura Kazuto ke Tokyo, awalnya hanya ingin mencari suasana yang berbeda
saja dari tempat tinggal sebelumnya di New York. Terlebih lagi, untuk
menghindari Yuri (seseorang yang dicintainya) yang ternyata memilih Jason
(sahabat Kazuto) dan akan segera melaksanakan pernikahan. Di Tokyo, Kazuto
tinggal di sebuah apartemen 2 lantai dan menempati kamar nomor 201. Sementara kamar
sebelahnya dihuni oleh Ishida Keiko, seorang perempuan yang bekerja sehari-hari
di sebuah perpustakaan.
Kedekatan
Kazuto dan Keiko semakin erat ketika mereka berdua merayakan malam Natal dengan
menonton pertunjukan balet Swan Lake. Tetapi, di sisi lain Keiko telah menemukan
seseorang yang menjadi cinta pertamanya sewaktu SD yang bernama Kitano Akira. Kazuto
merasa dirinya harus segera mengungkapkan perasaannya kepada Keiko sebelum ia
harus melihat Akira lebih dekat lagi dengan Keiko.
Tetapi
yang terjadi bukan seperti yang diinginkan. Di tengah perjalanan setelah
mengantarkan Keiko ke stasiun, Kazuto dicegat orang jahat dan dihajar
habis-habisan hingga ia harus mendapatkan pertolongan medis. Poor him, ternyata Kazuto menderita
amnesia parsial, ia tidak ingat kejadian selama 1 bulan yang telah berlalu. Ia
tidak mengingat apapun yang telah dilakukannya di Tokyo.
Sementara
Ishida Keiko khawatir tentang Kazuto yang tiba-tiba menghilang begitu saja
tanpa memberitahunya. Hingga akhirnya bertemulah mereka di acara reuni SMP saat
Keiko diajak oleh Akira. Tentu saja, Kazuto masih hilang ingatan.
“Pasti akan terdengar aneh kalau
seseorang yang tidak kau kenal berkata padamu bahwa kalian sudah berkencan dan kau
pernah menyatakan perasaa suka pada orang itu. Kau pasti tidak akan percaya. Tidak
ada orang yang akan percaya.” – (halaman 206)
**Ekspetasi
saya mengenai buku ini, sangat jauh dari perkiraan. Kupikir Ilana Tan yang
dibangga-banggakan sebagai penulis yang unik dan romantis, mampu membuat
suasana Tokyo menjadi menyenangkan. Sayang sekali, ceritanya kurang menarik
hati saya sama sekali. Konfliknya cukup mudah ditebak.
Hanya
satu rangkaian kalimat yang menggelitik hati saya,
“Seharusnya ia tahu. Seharusnya ia
sadar. Mimpi tidak akan bertahan lama. Ia boleh saja hidup dalam mimpi, tetapi
cepat atau lambat kenyataan akan mendesak masuk. Dan ketika kenyataan mendesak
masuk dan berhadapan denganmu, kau hanya bisa menerima.”
– (halaman 256)
Keterangan
buku:
Judul :
Winter
in Tokyo
Penulis : Ilana
Tan
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Cetakan : Kelima, Maret 2009
Halaman : 320 hlm ; 20 cm
ISBN : 979-22-3983-9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)