“Kita adalah dua kutub berlainan,
yang saling mencari arah.” – Halaman 33
Tora :
Kepergiannya ke Jepang adalah untuk liputan di majalah LiveLife tempatnya
bekerja. Biasanya di bandara Haneda, ia disambut oleh kekasihnya bernama Hana
namun kali ini lain. Hana telah memutuskan hubungannya dengan Tora karena tidak
mudah menjalani hubungan jarak jauh.
Thalia : Sebagai
fashion editor di majalah Belle, ia mendapat job meliput pameran fesyen
Internasional di Tokyo. Seperti banyak orang bilang kalau jodoh nggak kemana,
Thalia bertemu dengan Dean, seseorang di masa lalu yang membuat Thalia jatuh
cinta.
International Fashion Fair diadakan di
gedung megah yang berada di perairan Tokyo, bernama Tokyo Big Sight. Tora
bangun kesiangan dan ia terburu-buru menuju festival. Tidak disangka-sangka ia
menabrak seorang perempuan Indonesia yang diketahui namanya Thalia. Tabrakan itu
menyebabkan lensa telephoto milik Thalia rusak. Untuk memperbaikinya butuh
waktu 2 minggu padahal Thalia butuh banget lensa itu untuk liputannya. Maka
sesuai kesepakatan, Tora dan Thalia akan bergantian memakai lensa milik Tora
selama mereka di Jepang karena lensa milik Thalia sangat langka.
Tora dan Thalia adalah dua orang yang bertemu
karena sebuah lensa, ternyata mempunyai masalah sama, seseorang dari masa lalu.
Thalia Nadindra, perempuan keras
kepala, cepat panik, teledor, tapi ceria dan sorot matanya yang hidup mampu
membuat Tora menyadari kalau Thalia itu menarik.
Tora Argana, laki-laki yang penampilannya
berantakan, brewokan, tapi tampang lumayanlah. Entah, Thalia sepertinya betah
memandangi wajah Tora berlama-lama.
“Kamu nggak bisa kasih aku kepastian
hubungan kita mau dibawa kemana kan?”
Hana, seseorang yang begitu dicintai
oleh Tora. Seseorang yang ia kira menjaga benar perasaan dan kepercayaannya,
ternyata mengkhianatinya. Kata Hana, perempuan itu butuh kepastian. Di samping
itu, sosok Hana adalah seorang perempuan yang lemah lembut dan dewasa.
Dean, seseorang di masa lalu Thalia
yang masih dicintainya. Dean adalah tipe pekerja keras bahkan untuk bertemu
dengan Thalia pun ia selalu tidak ada waktu. Menunggu, itulah yang selalu
dilakukan Thalia untuk Dean. Haruskah ia mengorbankan waktu dari hidupnya untuk
menunggu lelaki itu?
“Rasanya, kemanapun ia melangkah,
harapan itu seakan-akan ada. Seakan-akan membentang. Meskipun ia tidak tahu batasnya.
Pada saat harapannya mengembang,
tiba-tiba saja ia harus kembali jatuh. Kembali terluka. Oleh orang yang sama. Di
tempat yang sama.” – halaman 154
Di saat Tora dan Thalia berjalan mulus
tanpa kendala, tak disangka Dean kembali menyapa. Kegelisahan merayapi diri
Thalia, ia bingung menghadapi situasi ini.
Di Festival Tanabata Shitamachi, Thalia menyadari ia tidak bisa menikmati
satu hal pun bersama Dean.
**Dirangkai dengan menggunakan sudut pandang masing-masing tokoh. Kadang melalui pandangan Tora, di sisi lain diambil dari pandangan Thalia. Pergantian cerita antar tokoh rapi, lengkap aja rasanya bisa mengetahui kisah dibalik layar, eh di dalam hati masing-masing tokoh. Pembaca seolah-olah menerima curhatan perjalanan Tora dan Thalia selama di Jepang.
Sayang sekali, di pertengahan sempat terbosan-bosan dengan cerita Thalia dan Tora yang cuma jalan-jalan aja sih intinya. Dilengkapi dengan ilustrasi yang agak mengurangi rasa bosan tersebut.
Ah ya, setelah baca novel ini jadi
kepengen ke Tokyo Sky Tree, menara setinggi 634 meter dimana disana bisa
melihat Gunung Fuji. Konon, siapapun yang bisa melihat Gunung Fuji akan
memiliki keberuntungan, karena seringnya gunung tersebut berkabut dan tak nampak.
Lihatlah Tokyo Sky Tree di malam hari | Source here |
Dari Tokyo Sky Tree | Source here |
Pengen juga nyobain “Daikanransha” –
bianglala raksasa yang menjadi icon Odaiba, terletak di Palette Town.
Daikanransha di Palette Town | Source here |
Woww, bianglala raksasa | Source here |
Dan kutipan yang paling aku sukai
adalah…
“Relationship is like sailing
boat. To make the boat sail, it needs two persons to ride it. Two persons to
paddle. If you’re the only one paddling, you’ll get tired eventually.”
Standing
applause buat novel Tokyo ini yang kuberi 4 bintang.
Kok nggak 5 bintang sih? Cukup 4 aja
dulu, karena di novel ini seakan-akan memberikan harapan palsu. Yang udah
pernah baca buku ini, pasti ingat scene
waktu Tora mau ngajak Thalia ke Gunung Fuji kan? Mana ceritanya mana?? *nagih*
Overall,
romantissss banget!!! Suka :)
Keterangan buku:
Judul : Tokyo : Falling
Penulis : Sefryana Khairil
Editor : Ayuning & Gita Romadhona
Penulis : Sefryana Khairil
Editor : Ayuning & Gita Romadhona
Proofreader : Mita M. Supardi
Penata letak : Landi A. Handwiko
Desain sampul : Levina Lesmana
Ilustrasi isi : Tyo
Penerbit : Gagasmedia
Cetakan :
Pertama, 2013
Halaman :
x + 338 hlm ; 13 x 19 cm
ISBN :
979-780-663-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)