Senin, 02 Juni 2014

[Review] : "Tokyo : Falling"



“Kita adalah dua kutub berlainan, yang saling mencari arah.” – Halaman 33

Tora   : Kepergiannya ke Jepang adalah untuk liputan di majalah LiveLife tempatnya bekerja. Biasanya di bandara Haneda, ia disambut oleh kekasihnya bernama Hana namun kali ini lain. Hana telah memutuskan hubungannya dengan Tora karena tidak mudah menjalani hubungan jarak jauh.

Thalia : Sebagai fashion editor di majalah Belle, ia mendapat job meliput pameran fesyen Internasional di Tokyo. Seperti banyak orang bilang kalau jodoh nggak kemana, Thalia bertemu dengan Dean, seseorang di masa lalu yang membuat Thalia jatuh cinta.

International Fashion Fair diadakan di gedung megah yang berada di perairan Tokyo, bernama Tokyo Big Sight. Tora bangun kesiangan dan ia terburu-buru menuju festival. Tidak disangka-sangka ia menabrak seorang perempuan Indonesia yang diketahui namanya Thalia. Tabrakan itu menyebabkan lensa telephoto milik Thalia rusak. Untuk memperbaikinya butuh waktu 2 minggu padahal Thalia butuh banget lensa itu untuk liputannya. Maka sesuai kesepakatan, Tora dan Thalia akan bergantian memakai lensa milik Tora selama mereka di Jepang karena lensa milik Thalia sangat langka.


Tora dan Thalia adalah dua orang yang bertemu karena sebuah lensa, ternyata mempunyai masalah sama, seseorang dari masa lalu.

Thalia Nadindra, perempuan keras kepala, cepat panik, teledor, tapi ceria dan sorot matanya yang hidup mampu membuat Tora menyadari kalau Thalia itu menarik.
Tora Argana, laki-laki yang penampilannya berantakan, brewokan, tapi tampang lumayanlah. Entah, Thalia sepertinya betah memandangi wajah Tora berlama-lama.

“Kamu nggak bisa kasih aku kepastian hubungan kita mau dibawa kemana kan?”
Hana, seseorang yang begitu dicintai oleh Tora. Seseorang yang ia kira menjaga benar perasaan dan kepercayaannya, ternyata mengkhianatinya. Kata Hana, perempuan itu butuh kepastian. Di samping itu, sosok Hana adalah seorang perempuan yang lemah lembut dan dewasa.

Dean, seseorang di masa lalu Thalia yang masih dicintainya. Dean adalah tipe pekerja keras bahkan untuk bertemu dengan Thalia pun ia selalu tidak ada waktu. Menunggu, itulah yang selalu dilakukan Thalia untuk Dean. Haruskah ia mengorbankan waktu dari hidupnya untuk menunggu lelaki itu?

“Rasanya, kemanapun ia melangkah, harapan itu seakan-akan ada. Seakan-akan membentang. Meskipun ia tidak tahu batasnya.
Pada saat harapannya mengembang, tiba-tiba saja ia harus kembali jatuh. Kembali terluka. Oleh orang yang sama. Di tempat yang sama.” – halaman 154

Di saat Tora dan Thalia berjalan mulus tanpa kendala, tak disangka Dean kembali menyapa. Kegelisahan merayapi diri Thalia, ia bingung menghadapi situasi ini.  Di Festival Tanabata Shitamachi, Thalia menyadari ia tidak bisa menikmati satu hal pun bersama Dean.

**Dirangkai dengan menggunakan sudut pandang masing-masing tokoh. Kadang melalui pandangan Tora, di sisi lain diambil dari pandangan Thalia. Pergantian cerita antar tokoh rapi, lengkap aja rasanya bisa mengetahui kisah dibalik layar, eh di dalam hati masing-masing tokoh. Pembaca seolah-olah menerima curhatan perjalanan Tora dan Thalia selama di Jepang.
Sayang sekali, di pertengahan sempat terbosan-bosan dengan cerita Thalia dan Tora yang cuma jalan-jalan aja sih intinya. Dilengkapi dengan ilustrasi yang agak mengurangi rasa bosan tersebut.

Ah ya, setelah baca novel ini jadi kepengen ke Tokyo Sky Tree, menara setinggi 634 meter dimana disana bisa melihat Gunung Fuji. Konon, siapapun yang bisa melihat Gunung Fuji akan memiliki keberuntungan, karena seringnya gunung tersebut berkabut dan tak nampak.

Lihatlah Tokyo Sky Tree di malam hari | Source here

Dari Tokyo Sky Tree | Source here

Pengen juga nyobain “Daikanransha” – bianglala raksasa yang menjadi icon Odaiba, terletak di Palette Town.

Daikanransha di Palette Town | Source here

Woww, bianglala raksasa | Source here

Dan kutipan yang paling aku sukai adalah…

“Relationship is like sailing boat. To make the boat sail, it needs two persons to ride it. Two persons to paddle. If you’re the only one paddling, you’ll get tired eventually.”


Standing applause buat novel Tokyo ini yang kuberi 4 bintang.
Kok nggak 5 bintang sih? Cukup 4 aja dulu, karena di novel ini seakan-akan memberikan harapan palsu. Yang udah pernah baca buku ini, pasti ingat scene waktu Tora mau ngajak Thalia ke Gunung Fuji kan? Mana ceritanya mana?? *nagih*
Overall, romantissss banget!!! Suka :)


Keterangan buku:
Judul                     : Tokyo : Falling
Penulis                   : Sefryana Khairil
Editor                    : Ayuning & Gita Romadhona
Proofreader           : Mita M. Supardi
Penata letak            : Landi A. Handwiko
Desain sampul         : Levina Lesmana
Ilustrasi isi               : Tyo
Penerbit                 : Gagasmedia
Cetakan                 : Pertama, 2013
Halaman                : x + 338 hlm ; 13 x 19 cm
ISBN                      : 979-780-663-4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)