“Dia tidak bilang berapa lama aku
harus menunggunya. Tapi selalu… ada beberapa hal yang sangat layak untuk
dinanti, ketika aku percaya sepenuh hati bahwa semua itu tak kan berubah
sia-sia.” – halaman 186
Aline Ofeli menemukan pecahan-pecahan
porselen ketika sedang duduk-duduk di bangku taman. Setelah disatukan, ada nama
yang terbaca ‘Aeolus Sena’. Karena katanya itu adalah porselen mahal, jadi
Aline bermaksud untuk mengembalikan ke si empunya.
Pencarian Aline di sosial media membawanya
kepada sebuah email seseorang bernama Aeolus Sena, yang ajaibnya adalah pemilik
porselen tersebut. Lalu, Sena memintanya untuk bertemu di Place de la Bastille
pada pukul 12 malam.
Dua hari janjian di tempat yang sama,
akhirnya laki-laki yang mengaku bernama Sena tersebut, datang juga.
Di antara bermacam-macam tempat di
Paris, kenapa Sena mengajak Aline janjian di tempat yang sangat menyeramkan?
Oh ya, “Place de la Bastille” dulunya
adalah tempat para tahanan menerima hukuman pemenggalan kepala.
Karena sudah mengembalikan porselen
berharga milik Sena, Sena menjanjikan 3 permintaan yang akan diusahakannya
setelah diminta Aline. Apa saja permintaan tersebut?
Salah satunya adalah mengabulkan
permintaan Aline dengan membiayai semua transportasi Mama Aline – dari Indonesia
ke Paris untuk mengunjungi Aline. Karena Aline rindu dengan Mamanya dan tidak
punya waktu untuk pulang dan hanya memiliki sedikit uang.
Paris, tidak semenyenangkan yang dikira
orang-orang. Ada sudut-sudut tertentu yang lebih baik tidak dimasuki. Ada tipe-tipe
orang yang lebih baik tidak dikenal. Seperti pasangan suami istri Apollinaire
dan Nelly Poussin yang menahan Sena yang pada awalnya bekerja di reparasi mesin
tik. Mereka sepakat menahan Sena karena terobsesi dengan anak laki-laki mereka
yang sudah meninggal. Jadi selama tinggal bersama mereka, Sena tidak diijinkan keluar
rumah.
Setelah mengetahui cerita-cerita
tersebut dari Kakak Sena yang tinggal di Paris juga, Aline mempunyai misi
penting yaitu membebaskan Sena dari rumah pasangan suami istri Apollinaire dan
Nelly Poussin dengan bekal buku seharga 4.000 dollar.
“Beginikah cinta itu…? Saat kita
tahu kita tak kasat mata bagi orang yang dicintai, tapi tetap melakukan apapun
demi orang itu…?” – halaman 167
**Lalu, bagaimana kisah selanjutnya mengenai Aline dan Sena?
Atau orang yang disebut-sebut Ubur-Ubur yang telah membuat Aline patah hati karena jadian dengan Lucie? (Upss, yang ini sengaja enggak dimasukkan ke review :p)
Semuanya terangkum dengan happy ending dalam satu novel berlatar Paris.
Keterangan buku:
Judul :
Paris : Aline
Penulis :
Prisca Primasari
Editor :
eNHa
Proofreader : Gita Romadhona, Ibnu Rizal
Penata Letak : Dian Novitasari
Desain Sampul : Jeffri Fernando
Ilustrasi Isi : Diani Apsari
Photo Credit : Keeping hats Ó
1041992, Paper Tag Ó
ba1969
Penerbit : GagasMedia
Cetakan :
Kelima, 2014
Halaman :
x + 214 hlm ; 13 x 19 cm
ISBN :
979-780-577-8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)