Jumat, 24 Januari 2014

[Review] "Cerita Horor Kota"


Sebelumnya saya mau bicara dulu bagaimana ceritanya buku ini bisa sampai di rumah saya, dibaca, kemudian mereviewnya. Nggak masalah kan? Oke, singkat cerita saya mulai tertarik dengan buku ini karena sebelumnya telah membaca Omnibook berjudul “Cerita Cinta Kota”, project dari PlotPoint dengan Dwitasari. Lumayan lah menurut saya. Dari ketertarikan tersebut muncullah rasa penasaran dan saya menemukan buku ini di kumpulan cerita horor lainnya pada rak milik Gramedia Pandanaran, Semarang.


Setelah membaca blurb di balik cover, saya memutuskan untuk membelinya. Kupikir di buku ini ada cerita horor mengenai kota kelahiranku, Semarang. Lembar pertama, kedua, ketiga saya buka selanjutnya saya temukan sebuah peta Indonesia, oh ternyata ini daftar isi. Unik juga ya. Tapi saya kecewa setelah membaca ternyata tak ada cerita horror di kota Semarang pada buku ini. Baiklah, daripada mubadzir mending dibaca seadanya aja ^_^

Blurb:
Rasa takut tak harus membuat ciut. Cerita-cerita horor dalam buku ini justru merekatkan hubungan antarpenghuni sebuah kota. Simak bersama, nikmati di tengah kehangatan. Sebab, cerita horor, seperti halnya cerita cinta, adalah bagian tak terpisahkan dari denyut nadi sebuah kota.

Sebelas cerita dari Sembilan kota di Indonesia ini bercerita tentang: penyamaran di sebuah museum, kehilangan teman-teman dalam sebuah pendakian, pembalasan dendam yang kebablasan, hujan panas yang memancing keluarnya makhluk bukan manusia, pembuatan vaksin yang berujung dengan pembunuhan berantai, pekerjaan kelompok hingga petang di sekolah, penyerangan terhadap seorang penjaga makam, kunjungan pewaris takhta perusahaan ke daerah pelosok, imbalan sebuah ilmu pesugihan, desa gaib di tengah hutan, dan kebun anggrek cantik namun misterius yang butuh perawatan.

**



Pembatas bukunya aja udah bikin merinding duluan, juga gambar tangan yang ada dipergantian cerita pada setiap bab. Kadang bikit kaget, kadang bikin dag-dig-dug, tapi agak kurang suka sama bentuk jari tangan yang nempel di cover belakang. Bagus sih, memberi kesan serem tapi menurut saya itu sangat mengganggu setiap mau baca. Mungkin lebih baik dicetak di cover depan aja kali ya… *ini cuma pendapat saya aja lho ya*



Ada positifnya juga sih saya membaca ini, karena setelah dipikir-pikir saya jadi tahu beberapa cerita-cerita horor yang mengikuti setiap kota di Indonesia. Macamnya pun beragam.
1.     Gerbong maut
Bercerita tentang sebuah gerbong kereta api yang berada di salah satu museum di kota Malang. Gerbong ini digunakan untuk mengangkut tawanan pejuang Indonesia oleh militer Belanda, berserta pakaia goni yang dipakai oleh pejuang tersebut.

2.    Dipo di Gunung Dempo
Bercerita tentang sebuah gangguan-gangguan yang dialami oleh para pendaki Gunung Dempo – Pagar Alam – karena telah melanggar ketentuan pendakian. Kesalahan yang dilakukan mereka adalah memanggil nama asli selama pendakian.

3.    Dendam
Bercerita tentang sebuah makhluk bernama pok-pok yang berwujud kepala manusia beserta isi perut yang menggantung; usus dan jantung, ia menghidap darah bayi yang baru saja lahir.

4.    Dibalik hujan
Bercerita tentang fenomena hantu jaring yang muncul ketika hujan panas turun.

Serta 7 cerita lainnya yag menceritakan tentang kisah horor di kota Jakarta, Malang, Karawang, Sampit, Makassar, Kayuagung, dan Pontianak.

Sorry for the random review :’)



Keterangan buku:
Penulis                   : Anastasye, Faisal Oddang, Mardian Sagiant, MB Winata, Mitha SBU, Muhamad Rivai, Putra Zaman, Rexy, Rina Kartomisastro, Susi Retno Juwita, Dwitasari
Ilustrasi sampul       : Teguh Pandirian
Perancang sampul   : Teguh Pandirian
Pemeriksa aksara     : Septi Ws, Rika Amelina
Penata aksara          : Theresa Greacella
Desain                   : Teguh Pandirian
Ilustrasi                  : Matahari Indonesia
Penerbit                 : PlotPoint
ISBN                      : 978-602-9481-51-8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)