Sebelumnya
saya mau bicara dulu bagaimana ceritanya buku ini bisa sampai di rumah saya,
dibaca, kemudian mereviewnya. Nggak masalah kan? Oke, singkat cerita saya mulai
tertarik dengan buku ini karena sebelumnya telah membaca Omnibook berjudul
“Cerita Cinta Kota”, project dari PlotPoint dengan Dwitasari. Lumayan lah
menurut saya. Dari ketertarikan tersebut muncullah rasa penasaran dan saya
menemukan buku ini di kumpulan cerita horor lainnya pada rak milik Gramedia
Pandanaran, Semarang.
Setelah
membaca blurb di balik cover, saya memutuskan untuk membelinya. Kupikir di buku
ini ada cerita horor mengenai kota kelahiranku, Semarang. Lembar pertama,
kedua, ketiga saya buka selanjutnya saya temukan sebuah peta Indonesia, oh
ternyata ini daftar isi. Unik juga ya. Tapi saya kecewa setelah membaca
ternyata tak ada cerita horror di kota Semarang pada buku ini. Baiklah,
daripada mubadzir mending dibaca seadanya aja ^_^
Blurb:
Rasa
takut tak harus membuat ciut. Cerita-cerita horor dalam buku ini justru
merekatkan hubungan antarpenghuni sebuah kota. Simak bersama, nikmati di tengah
kehangatan. Sebab, cerita horor, seperti halnya cerita cinta, adalah bagian tak
terpisahkan dari denyut nadi sebuah kota.
Sebelas
cerita dari Sembilan kota di Indonesia ini bercerita tentang: penyamaran di
sebuah museum, kehilangan teman-teman dalam sebuah pendakian, pembalasan dendam
yang kebablasan, hujan panas yang memancing keluarnya makhluk bukan manusia,
pembuatan vaksin yang berujung dengan pembunuhan berantai, pekerjaan kelompok
hingga petang di sekolah, penyerangan terhadap seorang penjaga makam, kunjungan
pewaris takhta perusahaan ke daerah pelosok, imbalan sebuah ilmu pesugihan,
desa gaib di tengah hutan, dan kebun anggrek cantik namun misterius yang butuh
perawatan.
**
Pembatas
bukunya aja udah bikin merinding duluan, juga gambar tangan yang ada
dipergantian cerita pada setiap bab. Kadang bikit kaget, kadang bikin
dag-dig-dug, tapi agak kurang suka sama bentuk jari tangan yang nempel di cover
belakang. Bagus sih, memberi kesan serem tapi menurut saya itu sangat
mengganggu setiap mau baca. Mungkin lebih baik dicetak di cover depan aja kali
ya… *ini cuma pendapat saya aja lho ya*
Ada
positifnya juga sih saya membaca ini, karena setelah dipikir-pikir saya jadi
tahu beberapa cerita-cerita horor yang mengikuti setiap kota di Indonesia.
Macamnya pun beragam.
1.
Gerbong maut
Bercerita tentang sebuah gerbong kereta api yang
berada di salah satu museum di kota Malang. Gerbong ini digunakan untuk
mengangkut tawanan pejuang Indonesia oleh militer Belanda, berserta pakaia goni
yang dipakai oleh pejuang tersebut.
2.
Dipo di Gunung Dempo
Bercerita tentang sebuah gangguan-gangguan yang
dialami oleh para pendaki Gunung Dempo – Pagar Alam – karena telah melanggar
ketentuan pendakian. Kesalahan yang dilakukan mereka adalah memanggil nama asli
selama pendakian.
3.
Dendam
Bercerita tentang sebuah makhluk bernama pok-pok
yang berwujud kepala manusia beserta isi perut yang menggantung; usus dan
jantung, ia menghidap darah bayi yang baru saja lahir.
4.
Dibalik hujan
Bercerita tentang fenomena hantu jaring yang muncul
ketika hujan panas turun.
Serta
7 cerita lainnya yag menceritakan tentang kisah horor di kota Jakarta, Malang,
Karawang, Sampit, Makassar, Kayuagung, dan Pontianak.
Sorry for the random review
:’)
Keterangan
buku:
Penulis : Anastasye,
Faisal Oddang, Mardian Sagiant, MB Winata, Mitha SBU, Muhamad Rivai, Putra
Zaman, Rexy, Rina Kartomisastro, Susi Retno Juwita, Dwitasari
Ilustrasi sampul : Teguh Pandirian
Ilustrasi sampul : Teguh Pandirian
Perancang sampul : Teguh Pandirian
Pemeriksa aksara : Septi Ws, Rika Amelina
Penata aksara : Theresa Greacella
Desain :
Teguh Pandirian
Ilustrasi : Matahari Indonesia
Penerbit :
PlotPoint
ISBN :
978-602-9481-51-8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)