Rabu, 22 Januari 2014

[Review] "Kata Hati : sebutlah itu cinta"


“Masa lalu tak seharusnya kembali, dan memang tak sepantasnya kembali.” – (halaman 11)

Novel Kata Hati ini bercerita tentang Randi yang merasa cintanya dikhianati oleh Dera. Mereka yang sudah berpacaran 5 tahun memutuskan untuk mengakhiri hubungannya karena sebuah perselingkuhan yang dilakukan Dera dengan laki-laki lain.
Berat rasanya untuk berpaling dari seseorang yang sudah sekian lama selalu mendampingi disaat suka dan duka, tapi Randi tak ingin berkelanjutan merasa galau. Dengan bantuan Irfan (sahabat Randi), ia mencoba untuk melupakan segala tentang Dera. Tetapi tak semudah membalikkan telapak tangan *kata peribahasa*, sepertinya segala penjuru Jogja, terlebih Djendelo Koffie membuat Randi selalu merindukan sosok ceria Dera yang selalu menemaninya. 
**Yang pacaran 5 tahun aja bisa putus, apalagi yang baru 1 tahun – 2 tahun. Udah, nikahin aja. Hahaa.

Malam itu, Randi sedang berada di Djendelo Koffie *lagi-lagi di tempat ini* untuk menghadiri pameran foto yang diadakan oleh komunitasnya Laras (gebetan Irfan). Pertemuannya lagi-lagi terjadi dengan seorang perempuan bernama Fila. Fila ini orang yang pernah bertemu juga dengan Randi di Djendelo Koffie, waktu itu ia memberikan kunci motor Randi yang ketinggalan. Malam itu pula, perkenalan antara Randi dan Fila pun terjadi setelah mereka sempat mengobrol tentang fotografi. Ternyata Fila juga sangat menyukai fotografi. Rencananya ia akan membuat pameran foto di Djendelo Koffie juga dan meminta Randi datang di acaranya.
 
**Sampai pada bab ini, saya sudah merasa jenuh dengan kalimat yang diulang-ulang seperti penggambaran tempat da suasana di Djendelo Koffie. Mungkin Bernard Batubara *penulisnya* mempunyai kenangan yang tersimpan rapat di tempat ini, hehee. Tetapi, saya berusaha enjoy untuk menikmati setiap cerita berikutnya.

Hari itu pun datang, saat Fila berdandan cantik di acara pameran foto perdananya. Randi juga menepati janjinya untuk datang ke pameran setelah menemani Dian (kakaknya Randi) jalan-jalan di Malioboro. Dalam percakapan yang singkat antara Randi dan Fila, Fila menjelaskan tentang hitam dan putih yang menjadi alasan tema pameran fotonya. Hitam dan putih itu artinya cinta, kata Fila. Menurutnya, cinta itu tegas. Ada hitam, ada putih. Ada gelap dan ada terang. Tetapi Randi berkata lain, menurutnya cinta nggak selamanya hitam dan putih, tetapi cinta itu lebih sering keduanya sekaligus, indah, dan nggak indah.

Setelah beberapa kali pertemuan, komunikasi antara Randi dan Fila semakin intens. Randi juga sempat mengenalkan Fila dengan Irfan. Perlu diketahui, ternyata Fila ini sedang menyimpan perasaannya untuk Adrian, sahabatnya. Tetapi Fila takut mengungkapkan perasaannya dan memilih untuk memendam. Sampai pada akhirnya ia kehilangan Adrian *orang yang ia sayang* tanpa orang itu tahu kalau Fila sedang memendam rasa sayang yang sudah terlalu lama serta menghabiskan waktu untuk menunggunya.

“Hati yang rusak memang mencintai kenangan, walau sadar di dalamnya banyak luka dan kekecewaan yang tak pernah sembuh. Itulah manusia, semakin sakit semakin ingat.” – (halaman 24)

Randi merasa nyaman berada di sisi Fila setelah sekian lama ia kehilangan rasa bahagianya. Namun, setelah kebahagiaan muncul kembali di hidup Randi, Dera datang lagi ke kehidupan Randi. Memintanya kembali untuk bersama-sama.

**Jujur, saya suka sama konflik Randi dan Dera. – Dera yang ingin kembali menghabiskan sisa hidupnya bersama Randi, seseorang yang dicintainya. Tetapi Randi merasa tak ada kesempatan lagi untuk Dera yang pernah menyakitinya. – Konfliknya manusiawi dan mengalir tanpa mengada-ada. Walaupun atas nama cinta yang sudah lama dipertahankan, namun logika masih bekerja. Salut untuk Randi *loh??

Singkat cerita, kemudian Dera mencium adanya kedekatan Randi dengan seorang cewek lain, Fila. Dera pun mengajak ketemuan Fila di Djendelo Koffie untuk membicarakan tentang kedekatan Fila dengan Randi, serta keinginan Dera untuk memiliki Randi kembali. Pertemuan ini membuat Fila kalut karena merasa tak ingin kehilangan seseorang yang belum dimilikinya, Randi.

**Di novel ini saya baru sadar, ternyata Dera memang sukses menjadi sosok antagonis, di samping kelebihan fisik seorang model. Dimana Dera yang secara tidak manusiawi menyelingkuhi Randi, dan satu lagi. Dera adalah perempuan perokok. Menurutku sih, itu nggak banget ya.

**Kalau Randi, saya rasa cukup membanggakan dalam memilih siapa yang akan mendampingi hidupnya kelak. Memang, kata hati nggak akan pernah bohong. Tapi yang saya nggak suka, sifat nggak tegasnya waktu Dera datang kembali. Ah, mungkin itu bisa kali ya mantannya dicuekin aja. Hehee.

**Fila, saya agak nggak suka sama sifatnya yang nggak berani mengungkapkan perasaan kepada orang yang ia sayang, terlebih sahabatnya sendiri. Tapi ya maklum aja ya, dia kan cewek. Kadang cewek itu memang bisanya cuma nunggu. Sampai ia sadar, bahwa kehilangan itu emang menyakitkan. Di sisi lain, sifatnya yang ceria juga membuat hati menjadi tenteram.

Dalam kebingungan hati Fila, ia membicarakan tentang perasaannya kepada Randi. Lalu kata hati Randi akan memilih? Fila yang membuatnya nyaman atau Dera yang sudah mewarnai hari-harinya selama 5 tahun?
Mungkin Anda bisa menyimak kisah mereka langsung dalam novel “Kata Hati : sebutlah itu cinta” *nggak ingin jadi spoiler :p*

I rate it 3 / 5 stars :)


Keterangan buku:
Penulis          : Bernard Batubara
Ukuran         : 13 x 19 cm
Tebal            : 204 hlm
Penerbit        : Bukuné
Editor           : Widyawati Oktavia
Proofreader  : Syafial Rustama
Penata letak  : Indra Adiwena
Desain sampul : Gita Mariana
ISBN            : 602-220-063-6













**Saya pernah menonton film “Kata Hati” yang disutradarai Iqbal Rais, dengan pemeran utama Boy Hamzah (Randi), Kimberly Ryder (Dera), dan Joanna Alexandra (Fila) bahkan berkali-kali suka tanpa bosan. Film “Kata Hati” ini adaptasi dari novelnya Bernard Batubara dengan judul yang sama. Tapi, waktu itu saya belum membaca novelnya. Kali ini saya memiliki kesempatan untuk membeli dan sekaligus membaca novel “Kata Hati : sebutlah itu cinta”, ternyata agak berbeda antara cerita di novel dengan filmnya meski memiliki konflik yang sama. But overall sama-sama keren kok. Sukses buat karya selanjutnya untuk Bernard Batubara a.k.a Bara :D
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)