Kamis, 15 Mei 2014

[Review] : "Luntang Lantung"



“Karena secapek-capeknya orang sibuk, lebih capek orang nganggur yang nyari kerja.”

Sebuah novel komedi karya Roy Saputra yang menurutku nggak kocak-kocak banget, cuma dipaksakan aja buat lucu tapi cukup menghibur. Alasannya klise, novel ini yang nemennin aku waktu gundah, gelisah, nungguin weekend banking  yang bukanya 2 jam lagi. Jadi, kutemukan buku ini teronggok manis di sudut rak buku perpustakaan daerah, lalu kubaca-baca buat mengusir kejenuhan *loh kok malah curhat* Iya, aku tahu kok, itu cover diatas adalah cover lama sebelum revisi.

Ari Budiman, bukan tetangga / teman / keluarga lo tapi tokoh utama dalam “Luntang Lantung” adalah seorang sarjana baru saja lulus (fresh from oven *lo kate kue kering?*) yang kesusahan mencari pekerjaan. Jaman sekarang emang nggak gampang buat cari kerja. Sarjana aja masih ada yang nganggur, apalagi – lulusan ecek-ecek (yang kerjanya nyari duit pake kecrekan di traffic light)?

Bersama kedua sahabatnya bersama Togar dan Suketi. Pencarian kerja untuk seorang Ari Budiman tidaklah mulus. Togar memilih membuka bengkel, dan Suketi telah diterima sebagai karyawan perusahaan, ya bisa dibilang mapan. Bagaimana dengan Ari Budiman?

“Looking for a job is not that hard. But when it is…
Tolong ya dibantu ya, bim salabim, jadi apa prok prok prok...”

Perusahaan demi perusahaan ia kirimi lamaran. Beberapa kali pula ikut tes kerja dan interview tapi tak ada satu pun yang menerimanya. Eh, ada 1 perusahaan bernama Glory Oil, kebetulan Ari Budiman diterima sebagai sales. “Oli Greng nya kakaaaaaakk!!!”

Luck is made by God. Others are made in China.

Sampai suatu saat, Ari Budiman terjepit dalam permasalahan hidup karena suatu hal yang sepele “nama pasaran”. Ia diterima kerja sebagai IT Head Manager yang sebenarnya bukan dia yang harus menerima jabatan tersebut, melainkan orang lain.
Masalah lainnya yaitu hubungan asmaranya dengan Bella yang ternyata matre.
“Ternyata, kencan itu mahal ya.”

Walaupun kubilang seperti di atas tadi nggak lucu-lucu amat, tapi aku suka beberapa ilustrasi di dalam novelnya. Seperti ini…


Dan judul bab yang unik, seperti:
“To make someone special, you just need to add another egg. Just like martabak, heh?”

Ternyata pada bab-bab akhir, novel komedi ini bukan hanya sebagai hiburan / lucu-lucuan semata, tetapi juga terdapat pesan moral dan beberapa motivasi yang tidak absurd. Diantaranya :
·         Hidupilah hidupmu sendiri, kawan. Tak ada yang lebih nyaman daripada itu. Right now, you are living someone’s life. You are so pathetic.
·         Things happen for a reason.
·         Seperti halnya kegagalan, kebohongan hanyalah sebuah kejujuran yang tertunda.

“Penyesalan itu selalu datang belakangan… dan terkadang ia hanya titip absen.”


**Dan penyesalanku adalah ketika pengen nonton filmnya, eh ternyata udah turun layar. Baiklaaaah :’)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)