Selasa, 23 Juni 2015

Review : "Happily Ever After"


“Hanya karena sebuah cerita nggak berakhir sesuai keinginan kita, bukan berarti cerita itu nggak bagus.” – Halaman 7

“Hidup adalah kanvas kosong; kamu bebas menciptakan ceritamu dan menentukan akhirnya.
Jadilah arsitek untuk hidupmu sendiri.” – Halaman 354



“Kalau sudah besar, Lulu mau jadi apa?”
Jawabannya ingin menjadi seperti Ayah. Ayah yang penuh tawa. Ayah yang tangannya sekasar serat kayu, tetapi memiliki sentuhan sehangat sinar matahari. Ayah yang tidak hanya seorang tukang kayu tapi arsitek hebat yang membangun rumah impian mereka seperti rumah pohon. Ayah yang selalu membacakan buku-buku cerita sebelum tidur.

Dalam novel “Happily Ever After” yang menekankan pada genre keluarga ini, tidak sepenuhnya hanya mengangkat masalah-masalah di dalam intern keluarga Lulu. Tetapi juga bercerita tentang hidup Lulu diantaranya yaitu pengkhianatan, persahabatan, dan cinta.

Namanya Lucia Surya, sering dipanggil Lulu. Hal yang tidak ia sukai sekolah, karena ada strata sosial yang tak kasat mata di sana. Lulu lebih suka menyendiri karena di sekolah ia selalu di-bully teman-temannya terutama Karin. Karin adalah mantan sahabat Lulu, yang jalan dengan Ezra (pacar Lulu dulu). Di sekolah, lulu bagaikan itik buruk rupa, sedangkan Karin sudah bermetamorfosis sempurna menjadi angsa yang cantik. Lulu telah kehilangan sahabatnya dan jiwa petualang yang masih ada dalam dirinya membuatnya menemukan sebuah lorong pojok rahasia yang hanya diketahui olehnya. Kadang di balik lorong pojok rahasia tempatnya bersembunyi ketika istirahat sekolah, ia mendengar Ezra bersama kawan-kawannya bermain gitar dan menyanyi.

Akan tetapi, di balik lingkungan sekolah yang seakan tidak ramah olehnya, Lulu memiliki keluarga kecil yang hebat. Terdiri dari dirinya, Bunda dan Ayah terbaik di dunia.

“And they live happily ever after. Setiap dongeng kan berakhir begitu. Kesannya gampang, tapi di dunia nyata, memangnya ada yang kayak gitu?” – Halaman 7

Percayakah kalian, bahwa hidup dapat berubah dalam hitungan detik? Di hari ulang tahun ke-enambelas, Lulu mendapati Ayahnya pingsan. Setelah dilakukan beraneka macam pemeriksaan di rumah sakit, dapat diambil kesimpulan bahwa Ayah Lulu menderita sakit keras. Sejak saat itu, hidup Lulu tidak sama lagi.

“Nggak semua cerita punya akhir yang bahagia. Begitu pula hidup. Bahkan, sering kali hidup punya kejutan sendiri.” – Halaman 184

Lulu sering mengantar Ayahnya terapi di rumah sakit. Suatu hari, ia bertemu dengan seorang anak yang bermain video game di kolong tempat tidur namanya Eli. Dengan kesamaan jiwa petualang pada Eli dan Lulu, mereka menjadi teman. Dari Eli, Lulu mengenal banyak orang di rumah sakit. Terutama si kembar Josef dan Tania, yang menjadi teman pertama Eli ketika mulai dirawat di rumah sakit akibat kanker yang dideritanya.

“Nggak semua dongeng punya akhir yang bahagia. Tapi, bukan berarti cerita itu nggak bagus, atau karakter-karakternya nggak pernah bahagia. Kadang, sebuah cerita yang bagus punya akhir yang sedih.” – Halaman 275

Bagaimana kisah hidup Lulu selanjutnya ketika harus menerima kenyataan bahwa Ayahnya terlalu semakin lama semakin menurun kesehatannya?

Quote yang ada di dalam novel ini:
·         “Jatuh cinta itu nggak pake milih. Nggak milih waktu yang tepat, atau momen yang pas. Tahu-tahu kamu udah jatuh cinta. Kalau kamu beruntung, kamu akan tahu begitu saja. Kalau kamu beruntung, orang itu juga akan membalas perasaanmu.” – Halaman 105-106

·         “Aku percaya, orang-orang yang ditakdirkan untuk ada di sisi kita, pada akhirnya aka nada bersama kita. Mereka yang ingin pergi nggak bisa dipaksa untuk tinggal.” – Halaman 126

·         “Terkadang orang yang meninggalkan merasakan sakit yang lebih dalam ketimbang orang yang ditinggalkan.” – Halaman 238


Keterangan buku:
Judul                               : Happily Ever After
Penulis                             : Winna Efendi
Editor                              : Jia Effendie
Penyelaras aksara              : Widyawati Oktavia
Penata letak                     : Gita Ramayudha
Penyelaras tata letak          : Erina Puspitasari
Desainer sampul               : Jeffri Fernando
Penerbit                           : Gagasmedia
Cetakan                           : Pertama, 2014
Halaman                          : x + 358 hlm ; 13 x 19 cm
ISBN                                : 978-780-770-2

1 komentar:

Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)