Rabu, 10 September 2014

[Review] : "Ai - Cinta Tak Pernah Lelah Menanti"


“Cinta seperti sesuatu yang mengendap-endap di belakangmu. Suatu saat, tiba-tiba kau baru sadar cinta menyergapmu tanpa peringatan.”  – Halaman 104



Sei dan Ai hidup bersebelahan semenjak lahir. Meskipun Ai setahun lebih tua daripada Sei, tetapi tanggal dan bulan lahir mereka sama di awal musim dingin. Keluarga Matsumoto adalah pemilik restoran besar, biasanya Sei membantu orang tuanya di restoran. Sedangkan keluarga Ai tinggal di sento tradisional paling terkenal di zaman Edo atau bisa juga disebut Sento (pemandian umum) Nakaji. Letak bangunannya persis bersebelahan.

Ai dan Sei tinggal di sebuah desa di sudut negeri Jepang. Hingga mereka berusia 18 tahun keduanya selalu bersama-sama. Tepat semester baru di tahun akhir sekolah, muncullah seorang lelaki asal Tokyo bernama Shin. Ia tinggal bersama neneknya di desa setelah kedua orang tuanya meninggal. Sejak saat itu, Shin masuk dalam lingkar persahabatan Ai dan Sei.

Semakin lama Ai, Sei, dan Shin semakin dekat. Mereka tak ingin kehilangan satu sama lain. Tibalah untuk kelulusan sekolah dan bersama-sama berjuang untuk masuk Universitas Today. Awalnya Sei tidak ingin ikut ke Today bersama Ai dan Shin tetapi dipaksalah Sei ikut dan diterima di universitas yang sama.

Ai, Sei, dan Shin tinggal di apartemen yang tidak terlalu mahal karena jauh dari kota. Hidup di Tokyo jauh lebih boros dibanding hidup di desa, oleh karena itu Ai, Sei, dan Shin mencari pekerjaan paruh waktu. Ai diterima sebagai penyiar radio karena pada dasarnya dia memang cerewet. Shin bekerja di sebuah toko CD. Dan Sei diterima bekerja di sebuah restoran. Sei sendiri mempunyai teman baru bernama Natsu. Sei dan Natsu berkerja di shift yang sama, jadi tidaklah susah untuk cepat akrab dan merasa cocok satu sama lain.

Hanami adalah salah satu tradisi di Jepang untuk menikmati mekarnya bunga sakura. Ai, Sei, dan Shin menyempatkan waktu mereka untuk piknik, menggelar tikar dan berpesta di bawah pohon sakura. Tetapi Sei merasa hatinya tidak tenang. Ada rasa yang mengganjal jika Ai dekat dengan Shin. Sepertinya mereka berdua telah sama-sama jatuh cinta.

Tokyo Tower pukul 8 malam, Shin mengajak Ai untuk bertunangan dengan menyematkan cincin di jarinya. Sei yang melihat kejadian itu, ia bermaksud mundur  dan tidak ingin merusak kebahagiaan sahabatnya.

“Aku tidak tahu mengapa. Dan aku tidak tahu bagaimana. Aku hanya mencintainya, dengan caraku sendiri.
Sekarang, semuanya sudah terlambat. Tidak. Semuanya sudah terlambat jauh sebelum hari ini.” – Halaman 117

Cepat atau lambat, Ai dan Shin akan menikah dan tidak seharusnya Sei berada diantara mereka berdua. Sei berkeinginan untuk mencari kebahagiaannya sendiri dengan pindah ke apartemen yang ia sewa bersama Natsu. Tentu saja dengan persetujuan alot Ai karena Ai ingin Sei selalu bertiga dengannya dan Shin. Namun, dengan sedikit pengertian, Ai sadar kalau Sei juga harus bahagia dengan hidupnya.

“Aku sudah memutuskan akan mencari kebahagiaanku sendiri, dan hal itu tidak mungkin tercapai jika aku masih ada di tengah-tengah hubungan mereka.” – Halaman 126

Namun, belum sempat Sei pindah apartemen, kabar buruk menimpanya. Shin kecelakaan dan meninggal.

“Setiap orang yang pernah hadir dalam hidup kita akan selalu meninggalkan jejak.” – Halaman 202

Seperti merasakan kehilangan yang sangat. Sei pun tidak tega meninggalkan Ai yang terlalu sedih setelah meninggalnya Shin. Berbagai upaya ia lakukan untuk menghibur Ai, beserta ungkapan terpendamnya… “Aku mencintaimu, Ai.”
Sayangnya, Sei tidak pernah mampu menarik ucapan itu. Tidak pernah mereka berdua secanggung waktu itu.

Tetapi, Ai mencintai Shin.

“Pernahkah kau kehilangan seseorang yang kau sayangi karena dia meninggal? Setidaknya, kau kehilangan Shin dalam keadaan bahagia. Kau tahu dia mencintaimu bahkan sampai detik terakhir.” – Halaman 194

Gadis 12 tahun yang ditemui Shin di pantai dekat desa. Gadis matahari yang membuat Shin jatuh cinta pertama kali. Apakah Shin adalah cinta pertama Ai?

Satu lagi pertanyaan mengambang seperti mimpi yang tak tertangkap; “kamu mencintai Natsu, Sei?”



Quote favorit:
·         Masa-masa sulit selalu membuatmu ingin menyerah. Tapi, kau hanya perlu percaya bahwa segalanya akan baik-baik saja. – halaman 144
·         Aku kehilangan seseorang karena dia tidak mencintaiku. Aku melihatnya setiap hari, tapi dia tidak bisa mencintaiku. – halaman 194
·         Tapi, sesulit apapun, hidup harus terus berjalan. Hidup tidak punya waktu untuk menunggu orang-orang yang tidak siap melanjutkan sisa kehidupannya. – halaman 253
·         Hal terpenting dalam cinta adalah persahabatan, dan hal terpenting dalam persahabatan… adalah cinta. – halaman 277




Keterangan buku:
Judul                     : Ai – Cinta tak pernah lelah menanti
Penulis                   : Winna Efendi
Editor                    : Nurul Hikmah
Proofreader            : Widyawati Oktavia
Penata Letak           : Edwita Miragana
Desain sampul        : Jeffri Fernando
Penerbit                 : Gagasmedia
Cetakan                 : Ketiga, 2009
Halaman                : vi + 282 hlm ; 13 x 19 cm
ISBN                      : 979-780-307-4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)