“Cinta seperti sesuatu yang
mengendap-endap di belakangmu. Suatu saat, tiba-tiba kau baru sadar cinta
menyergapmu tanpa peringatan.” – Halaman 104
Sei dan Ai hidup bersebelahan semenjak
lahir. Meskipun Ai setahun lebih tua daripada Sei, tetapi tanggal dan bulan
lahir mereka sama di awal musim dingin. Keluarga Matsumoto adalah pemilik
restoran besar, biasanya Sei membantu orang tuanya di restoran. Sedangkan keluarga
Ai tinggal di sento tradisional paling terkenal di zaman Edo atau bisa juga
disebut Sento (pemandian umum) Nakaji. Letak bangunannya persis bersebelahan.
Ai dan Sei tinggal di sebuah desa di
sudut negeri Jepang. Hingga mereka berusia 18 tahun keduanya selalu
bersama-sama. Tepat semester baru di tahun akhir sekolah, muncullah seorang
lelaki asal Tokyo bernama Shin. Ia tinggal bersama neneknya di desa setelah
kedua orang tuanya meninggal. Sejak saat itu, Shin masuk dalam lingkar
persahabatan Ai dan Sei.
Semakin lama Ai, Sei, dan Shin semakin
dekat. Mereka tak ingin kehilangan satu sama lain. Tibalah untuk kelulusan
sekolah dan bersama-sama berjuang untuk masuk Universitas Today. Awalnya Sei
tidak ingin ikut ke Today bersama Ai dan Shin tetapi dipaksalah Sei ikut dan
diterima di universitas yang sama.
Ai, Sei, dan Shin tinggal di apartemen
yang tidak terlalu mahal karena jauh dari kota. Hidup di Tokyo jauh lebih boros
dibanding hidup di desa, oleh karena itu Ai, Sei, dan Shin mencari pekerjaan
paruh waktu. Ai diterima sebagai penyiar radio karena pada dasarnya dia memang
cerewet. Shin bekerja di sebuah toko CD. Dan Sei diterima bekerja di sebuah restoran.
Sei sendiri mempunyai teman baru bernama Natsu. Sei dan Natsu berkerja di shift
yang sama, jadi tidaklah susah untuk cepat akrab dan merasa cocok satu sama
lain.
Hanami adalah salah satu tradisi di
Jepang untuk menikmati mekarnya bunga sakura. Ai, Sei, dan Shin menyempatkan
waktu mereka untuk piknik, menggelar tikar dan berpesta di bawah pohon sakura. Tetapi
Sei merasa hatinya tidak tenang. Ada rasa yang mengganjal jika Ai dekat dengan
Shin. Sepertinya mereka berdua telah sama-sama jatuh cinta.
Tokyo Tower pukul 8 malam, Shin
mengajak Ai untuk bertunangan dengan menyematkan cincin di jarinya. Sei yang
melihat kejadian itu, ia bermaksud mundur
dan tidak ingin merusak kebahagiaan sahabatnya.
“Aku tidak tahu mengapa. Dan aku
tidak tahu bagaimana. Aku hanya mencintainya, dengan caraku sendiri.
Sekarang, semuanya sudah
terlambat. Tidak. Semuanya sudah terlambat jauh sebelum hari ini.”
– Halaman 117
Cepat atau lambat, Ai dan Shin akan
menikah dan tidak seharusnya Sei berada diantara mereka berdua. Sei berkeinginan
untuk mencari kebahagiaannya sendiri dengan pindah ke apartemen yang ia sewa
bersama Natsu. Tentu saja dengan persetujuan alot Ai karena Ai ingin Sei selalu
bertiga dengannya dan Shin. Namun, dengan sedikit pengertian, Ai sadar kalau
Sei juga harus bahagia dengan hidupnya.
“Aku sudah memutuskan akan mencari
kebahagiaanku sendiri, dan hal itu tidak mungkin tercapai jika aku masih ada di
tengah-tengah hubungan mereka.” – Halaman 126
Namun, belum sempat Sei pindah
apartemen, kabar buruk menimpanya. Shin kecelakaan dan meninggal.
“Setiap orang yang pernah hadir
dalam hidup kita akan selalu meninggalkan jejak.”
– Halaman 202
Seperti merasakan kehilangan yang
sangat. Sei pun tidak tega meninggalkan Ai yang terlalu sedih setelah
meninggalnya Shin. Berbagai upaya ia lakukan untuk menghibur Ai, beserta
ungkapan terpendamnya… “Aku mencintaimu, Ai.”
Sayangnya, Sei tidak pernah mampu
menarik ucapan itu. Tidak pernah mereka berdua secanggung waktu itu.
Tetapi, Ai mencintai Shin.
“Pernahkah kau kehilangan
seseorang yang kau sayangi karena dia meninggal? Setidaknya, kau kehilangan
Shin dalam keadaan bahagia. Kau tahu dia mencintaimu bahkan sampai detik
terakhir.” – Halaman 194
Gadis 12 tahun yang ditemui Shin di
pantai dekat desa. Gadis matahari yang membuat Shin jatuh cinta pertama kali. Apakah
Shin adalah cinta pertama Ai?
Satu lagi pertanyaan mengambang seperti
mimpi yang tak tertangkap; “kamu
mencintai Natsu, Sei?”
Quote
favorit:
·
Masa-masa sulit selalu membuatmu ingin
menyerah. Tapi, kau hanya perlu percaya bahwa segalanya akan baik-baik saja. –
halaman 144
·
Aku kehilangan seseorang karena dia
tidak mencintaiku. Aku melihatnya setiap hari, tapi dia tidak bisa mencintaiku.
– halaman 194
·
Tapi, sesulit apapun, hidup harus terus
berjalan. Hidup tidak punya waktu untuk menunggu orang-orang yang tidak siap
melanjutkan sisa kehidupannya. – halaman 253
·
Hal terpenting dalam cinta adalah
persahabatan, dan hal terpenting dalam persahabatan… adalah cinta. – halaman 277
Keterangan buku:
Judul : Ai – Cinta tak pernah lelah
menanti
Penulis :
Winna
Efendi
Editor : Nurul Hikmah
Proofreader : Widyawati Oktavia
Penata Letak : Edwita Miragana
Desain sampul : Jeffri Fernando
Penerbit : Gagasmedia
Cetakan :
Ketiga, 2009
Halaman :
vi + 282 hlm ; 13 x 19 cm
ISBN :
979-780-307-4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)