Selasa, 09 September 2014

[Review] : "Analogi Cinta Berdua"


Baca juga : [Review] Analogi Cinta Sendiri

“Orang yang jatuh cinta diam-diam mungkin sudah biasa merasa sendiri. Namun, semua pemuja rahasia nggak akan mau terus menerus selamanya sendiri.”  – Halaman iii

“Orang yang jatuh cinta sendiri, keinginannya sederhana. Dia hanya ingin berdua.”  – Halaman iii




Sebenarnya udah lama sih baca buku ini, kira-kira bukan Juli yang lalu. Tapi baru sempat bikin reviewnya sekarang. Maapin yak : )

Analogi cinta berdua adalah buku kedua karya Dara Prayoga yang sukses membuatku jatuh cinta pada pandangan buku pertama. Berjudul Analogi Cinta Sendiri, kisah secret admirer  yang di-PHPin pujaan hatinya. Kisah jomblo yang cintanya sendiri, bukan berdua. Melalui buku keduanya “Analogi Cinta Berdua” ini, Oka nggak lagi jatuh cinta sendiri. Ia menceritakan hidupnya semasa berdua.

Oka punya pacar? Serius? Yaah, patah hati dong : ( Hahaa just kidding…
Namanya Tarisha, temen SD Oka yang ketemu gede di Bogor. Sosial media mendekatkan Oka dan Tarisha hingga mereka jadian dan akan menjalani prosesi kencan pertama. Mengutip dari iklan “kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah Anda.” Lohh??

Jatuh cinta itu rasanya kayak mabuk kepayang. Seharian dilalui sama dia, eh pas udah balik ke rumah masih aja kangen *iya, kangen sama pacarnya sendiri bukan pacar orang*. Meski Cuma obrolan-obrolan nggak penting melalui handphone, yang penting bersama dia yang disayangi.

Nggak mungkin kan masa-masa pacaran cuma ada bahagianya doang. Pasti ada tuh yang namanya berantem, diem-dieman. Yang cewek punya “terserah” dan yang cowok punya “yaudah”. Dan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah adalah minta maaf. Eits, tapi minta maaf aja nggak cukup, terus berusaha dan sabar juga.

“Perbuatan seseorang itu seperti cermin terhadap apa yang sebenarnya dia rasakan dan butuhkan. Orang yang periang banget, kemungkinan besar dalam hatinya justru betul-betul butuh dihibur. Sama seperti orang yang mengerti.”
“Orang yang paling mengerti sesungguhnya adalah yang paling butuh dimengerti.” – halaman 69

Yang paling parah kalau kita pas sibuk-sibuknya, dan pacar lagi nggak ada kerjaan. Jadi, punya pacar yang nganggur itu nyeremin. Pacar jadi gampang marah ketika ditinggal sibuk dan dia nggak punya kegiatan. Sukanya stalking dan mikir negatif mulu.
Ada benernya juga sih, terutama cewek-cewek. Hehehee :D

Berdua bukan berarti merecoki kehidupan pacar. Berdua bukan berarti menghabiskan semua sisa waktu pacar untuk bersama kita tanpa melihat apa yang ingin ia perbuat. Berdua bukan berarti… eh pacar juga tentunya pengen berdamai dengan sisi hidup selain yang ada kamunya lho. Kalau kamu ngerecokin mulu, yang ada cuma satu, berantem! Dan putus : (

Gileee… buku ini bisa-bisanya bikin mikir dalam hati #OkaCowokPengertian banget! Katanya…
“Ternyata pacaran itu kayak nyari rumah, bukan masalah mewah dan mahalnya, tapi cukup yang sederhana, asal bisa bersama-sama.” – halaman 31

Dan bikin gemeees, sumpah! Pas dia bilang…
“Nggak bisa gue bayangin orang-orang diluar sana yang merasa kangen, tapi nggak memungkinkan untuk bilang karena bukan siapa-siapanya. Yang sabar, ya, sob…” – halaman 33
Nyakitin banget kan itu, guys?

Jleb!

Buku ini pas banget buat yang habis putus cinta, sekedar untuk instropeksi diri aja sama hubungan yang (pernah) kamu jalani sama mantan pasangan.
Cocok juga buat yang lagi in relationship, sebagai reminder  bahwa pasangan kamu juga makhluk sosial, nggak melulu harus nemenin kamu setiap saat. Dia juga punya kehidupan sendiri. Catet!

Aku kasih 3 bintang cantik untuk buku kedua Oka. Tambah 1 bintang yang bersinar terang untuk gaya bahasa yang mengalir dan jokes-jokes nyelenehnya. But, I think I bored enough about basket  <-- maksudnya yang ada di buku ini. Maaf ya Oka : )
Tapi aku suka kok sama ilustrasi yang nyelip di beberapa halaman. Suka banget!
 
Sebaik-baiknya move on adalah jatuh cinta lagi




Keterangan buku:
Judul                    : Analogi Cinta Berdua
Penulis                  : Dara Prayoga
Editor                   : Syafial Rustama
Proofreader           : Moh. Ridho
Layout                  : Irene Yunita
Desain sampul        : Gita Mariana
Foto Isi                  : Sardo M & Dara Prayoga
Foto Cover            : Broery
Penerbit                : Bukune
Cetakan                : Pertama, 2014
Halaman               : iv + 184 hlm ; 13 x 19 cm
ISBN                     : 602-220-126-8


NB:
Terima kasih udah bersedia tanda tangan dan foto bareng di Semarang ^_^




1 komentar:

Terbuka untuk dikritik dan saran. Silakan :)