“Stroberi itu buah penuh kejutan.
Rasanya kadang manis, kadang masam, seperti memiliki kemungkinan yang tidak
terduga.” – Halaman 1
“Lagi pula, sebuah hubungan itu
seperti stroberi, bukan? Memiliki dua sisi: asam – manis”
– Halaman 257
Pertemuan (kembali) Aggi dan Timur
setelah 5 tahun tak bertemu. Melalui teka-teki yang awalnya mengirim buku tanpa
memberi tahu petunjuk yang banyak. Kemudian menemuinya di Taman Budaya.
Stroberi. Buah yang penuh kejutan. Itu ada
pada diri Aggi. Pertemuannya dengan Timur di Jogja adalah hasil dari perjanjian
konyol 5 tahun silam. Timur bertolak dari Bandung karena mendengar gelak tawa
di siang hari. Ya, begitulah perjanjian mereka berdua sebelum berpisah. Dan pertemuan
Minggu pagi ituterjadi di TBY yang menghasilkan kesepakatan bahwa setiap akhir pekan
Timur akan meluangkan waktunya untuk mengunjungi Jogja. Hanya sekedar mendengarkan
cerita Aggi 5 tahun terakhir.
“Tidak ada yang tahu bagaimana
cara kenangan bekerja. Keluar masuk ingatan seenaknya sendiri.”
– Halaman 17
Seperti buah stroberi yang memiliki karakter tak terduga. Cerita dalam novel ini juga menyimpan keunikan tersendiri. Alur yang maju kadang mundur, merupakan kejutan tersendiri untuk pembaca.
Pertemuan pertama Aggi dan Timur
membicarakan kenangan manis saat mereka pertama kali bertemu saat pertunjukan musik
di Bentara Budaya beberapa tahun yang lalu. Aggi tertarik permainan saksofon
Timur dan memotretnya, sementara Timur memuji hasil jepretan Aggi yang eksotis
walaupun cuma menggunakan kamera analog.
Aggi penyuka stroberi dan karakternya
seperti stroberi, memberi kejutan kepada Timur. Ia datang ke pertunjukan jaz di
Bandung. Menemui Timur dan membawakan hasil jepretannya saat di Jogja.
“Karena memang seperti itu
seharusnya karakter stroberi. Meledak-ledak. Manis dan kecut. Tidak terduga-duga.
Karena cokelat terlalu konvensional. Vanilla terlalu manis dan lembut – tidak memiliki
sisi kejutan.” – Halaman 46
Pertemuan kedua mereka membicarakan
tentang laki-laki Prancis bernama Thomas yang sedemikian menawan dengan rayuan berkelas
sampai relasi romansa serius saat musim panas di Paris. Tetapi Aggi menolaknya.
Laki-laki yang diceritakan selanjutnya adalah Wisnu si permen karet stroberi. Awalnya
memang menyenangkan, tetapi setelah lama dikunyah yang tersisa hanya lengket
yang menjengkelkan. Lalu Pak Wu laki-laki China yang dijulukinya laki-laki
stroberi varian flamboyan.
Yang bikin aku nggak habis pikir sama cerita ini adalah waktu Timur setiap pekan harus bolak-balik Bandung – Jogja – Bandung hanya untuk menemui Aggi beserta cerita-ceritanya. Apa nggak capek gitu ya? Adakah lelaki jaman sekarang yang mau berjuang sebegitu gigihnya?
Timur baru sadar bahwa perasaan suka
itu aneh. Ada seseorang perempuan yang mencintainya dan mengejarnya, dia
menghindar, malah mengejar-ngejar perempuan yang menghindarinya.
Dan setelah pertemuan-pertemuan singkat
di setiap weekend itu, Aggi merasa kalau ia benar-benar jatuh cinta terhadap
Timur.
“Inilah yang terjadi saat
seseorang mulai nyaman dengan kehadiran dan keberadaan orang lain di sisinya. Rasa
enggan berpisah.” – Halaman 170
Tetapi, disisi lain ada masalah yang membuatnya
enggan menjalin relasi yang lebih serius. Tita, mantan sahabat dekat Aggi masih
marah dengannya perihal perjanjian konyol 5 tahun silam.
Lalu, akankah Aggi dan Timur resmi
menjalin relasi serius untuk selamanya?
Kupikir awalnya novel ini akan menjadi bacaan yang membosankan. Paragraf-paragraf awal yang tidak menggugah minat baca dan deskripsi yang terlalu panjang lebar membuat enggan untuk menyentuh halaman-halaman berikutnya. Tapi seperti yang kubilang tadi, kejutan pada setiap cerita pertemuan Aggi dan Timur membuat novel ini lebih terasa nyata. Apalagi mengambil setting di Jogja. I love Jogja very much.
Sumpah demi apapun, cover novelnya unik. Seperti semangkuk plastik berisi buah stroberi segar. Hampir mirip aslinya. Oh tidak, yang bikin berkesan itu cincin di bagian tengah. Hampir tak terlihat, tapi nyata.
Quote
favorit:
·
Mantan itu seperti manusia tanpa
jabatan. Begitu formal. Kurasa istilah mantan perlu direvisi untuk dikenakan
dalam sebuah relasi. Karena, saat berpisah saja dibilang “putus”, bukan “pecat”.
– Halaman 64
·
Cobalah untuk tidak terlalu tegang dan
serius. Bisa jadi sesuatu yang bernama perasaan suka atau jatuh cinta kembali
itu akan menarik bila kamu sedikit relaks. – Halaman 174
·
Ada yang ngilu disini. Di bagian tengah
dada. Disanakah letak hati? Apa sekarang dia telah jatuh hati? – Halaman 189
·
Tidak ada nasihat paling baik untuk menghadapi
ketidakyakinan dan ketakutan akan pernikahan. Kecuali, jalani sajalah, nanti
kamu akan tahu sendiri! – Halaman 255
“Orang bilang, sekali datang ke
Yogyakarta, rasanya akan terus terpanggil untuk datang lagi dan lagi ke
Yogyakarta. Seperti ada magnet yang terus menarik-narik untuk kembali.”
– Halaman 25
“Paris sering dijuluki kota Cinta.
Sedangkan, Yogyakarta adalah kota tempat jatuh cinta dan patah hati. Lalu,
jatuh cinta kembali.” – Halaman 74
Dan aku setuju…
Hadiah 4 bintang untuk masa lalu yang tidak terlupakan, setiap proses yang mendewasakan, dan akhir yang mengejutkan – di Jogja. Bukankah asam dan manis dalam hidup adalah hal yang seimbang?
Keterangan buku:
Judul : The Strawberry Surprise
Penulis :
Desi
Puspitasari
Penyunting : Nunung Wiyati, Noni Rosliyani
Perancang sampul : Fahmi Ilmansyah
Pemeriksa aksara : Intan Ren & Yusnida
Penata aksara : Dwi Fajar W.
Penerbit : Bentang Pustaka
Cetakan :
Pertama, Mei 2013
Halaman :
vi + 270 hlm ; 20,5 cm
ISBN :
978-602-7888-36-4
wah boleh nih ingin bacaa .. ada review novel karya bernard atau yang judulnya promises promises ? itu seru jugaa
BalasHapusHalo kak, aku juga suka tulisannya Bernard Batubara.
HapusDi blog ini udah ada reviewnya kok Milana, Kata Hati, sama Cinta. (cinta dengan titik)